Untuk mengurangi penumpukan sampah, limbah sampah yang ada di Kota Kediri sebagian dimanfaatkan menjadi pakan hewan organik. Bahkan hewan ternak yang makan daun difermentasi ini tidak berbau menyengat dan kotorannya juga tidak menimbulkan polusi udara.
“Bisa dicek di Kelurahan Ngronggo, limbah dedaunan kering di jalan-jalan itu difermentasi dan bisa jadi bahan makanan kambing. Limbah sayuran di Pasar Grosir yang biasanya dibuang ke TPA juga bisa dibuat biskuit untuk makanan kelinci, bahkan produknya sudah dijual ke marketplace. Limbah sampah seperti ini kan tidak bisa di-recycle, nah pemanfaatannya bisa dikompos atau kalau bisa dimanfaatkan menjadi pakan ternak lebih bagus, jangan dibakar karena polusi udara. Limbah dedaunan ini kelihatan sepele, tapi jumlahnya juga besar,” papar Abu Bakar.
“Perlu inovasi dan peran aktif masyarakat untuk permasalahan sampah ini, tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja namun seluruh elemen yang ada di Kota Kediri juga harus terlibat. Saya sering mendapati permasalahan saluran air yang buntu. Ternyata setelah dibuka banyak sampah plastik yang menyumbat aliran air,” tutur Abdullah Abu Bakar.
Koordinator kader lingkungan, Ana Mulyaningsih menambahkan edukasi kepada masyarakat dengan cara datang ke rumah satu persatu ini memberikan waktu lebih lama berbincang dengan masyarakat. Warga juga bebas mengungkapkan masukannya dan tidak sungkan lagi. Berbeda jika edukasi dilakukan bersama banyak orang, warga cenderung pasif. Oleh karena itu, upaya edukasi dengan cara datang ke rumah satu persatu ini akan dilakukan secara berkelanjutan kedepannya oleh para kader lingkungan.
“Melalui cara ini diharapkan masyarakat bisa lebih sadar dan terus ikut terlibat dalam mengatasi permasalahan sampah sejak dari kawasannya,” ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto