Oleh karena itu, pemerintah mampu memberikan subsidi BBM, subsidi LPG, dan subsidi listrik, sebesar Rp 502 triliun di tahun 2022 ini, agar harga BBM di masyarakat tidak melambung tinggi.
Selain itu, ekonomi berhasil tumbuh positif di 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022. Neraca perdagangan juga surplus selama 27 bulan berturut-turut, dan di semester I tahun 2022 ini surplusnya sekitar Rp364 triliun.
"Capaian tersebut patut kita syukuri. Fundamental ekonomi Indonesia tetap sangat baik di tengah ekonomi dunia yang sedang bergolak," ucap Jokowi.
Begawan Ekonomi Dr Rizal Ramli menyampaikan sebuah analisa terkait rangkaian pidato presiden tersebut.
Menurut RR, sapaan akrab Rizal Ramli, dalam setahun terakhir, komoditi dan energi naik tinggi karena lonjakan permintaan pasca-covid (pent-up demand) dan perang Ukrania.
Ia mengatakan, Indonesia beruntung karena mendapat keuntungan dadakan (‘windfall profit’). Namun, keuntungan itu akibat faktor external (externally-driven growth), bukan hasil dari strategi yang unggul, peningkatan nilai tambah atau efisiensi ekonomis.
Ekonomi Indonesia yang memiliki banyak komoditi dan sumber daya alam hanya tumbuh 5,5 % Q2-2022, tetapi negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam, ekonomi mereka bahkan tumbuh lebih tinggi, Vietnam 7,7% dan Filipina 7,4% pada Q2-2020, menunjukan bahwa ekonomi mereka memiliki nilai tambah dan efisiensi yang lebih tinggi.
"Keuntungan dadakan akibat faktor-faktor eksternal ini, sangat menguntungkan oligarki komoditi dan tambang," demikian analisa RR, Jumat (19/8/2022).
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait