Langkah yang akan dilakukan Unusa yakni, meningkatkan kuantitas dan kualitas kolaborasi dengan jejaring akademisi internasional.
Baru-baru ini dilakukan dengan 2 universitas terkemuka di dunia, yaitu National University of Singapore (NUS) ranking 11 dunia dan Nanyang Technological University ranking 12 dunia khususnya untuk membangun Research Center bersama.
"Sehingga memberikan dampak positif pada produktivitas publikasi dan produk inovasi, meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi media massa tentang seluruh capaian Unusa terutama dalam hal penelitian dan pengabdian masyarakat,” terangnya.
Salah satu pengelola Jurnal di Unusa, Muhammad Afwan Romdloni, M.Th.I., mengungkapkan rasa syukurnya karena Unusa memperoleh peringkat 1 publikasi Scopus tahun 2022.
Kerja keras Unusa telah terbayar dengan mendapatkan hasil peringkat yang sangat memuaskan. Bagi seorang dosen, menulis jurnal bukan hal yang mudah dilakukan.
Hal ini karena membuat jurnal harus dengan sistematis. Sehingga susunan setiap bab harus berurutan serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Bahkan, untuk melakukan penelitian sendiri membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Selain di luar negeri, di Indonesia, kata Afwan, sudah banyak jurnal yang juga terindeks Scopus.
Untuk tembus ke jurnal Scopus, para peneliti perlu membuat manuscript yang berkualitas dan mudah dipahami. Pembuatan manuscript yang baik akan memudahkan pembaca dalam memahami isinya.
"Perlu dicermati dua hal penting agar pembuatan manuscript dapat optimal yaitu konten dan presentasi. Kita juga bisa membaca beberapa jurnal yang telah masuk Scopus sebagai referensi penulisan. Sebagai informasi, di Unusa telah memiliki 11 Jurnal yang sudah terindeks SINTA,” ungkap pria pengelola Journal of Islamic Civilization (JIC) Unusa yang juga sudah SINTA 3.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait