Ziarah ke Raden Makhdum Ibrahim Sunan Bonang
Di Bulan Ramadan, komplek makam Sunan Bonang yang berlokasi tak jauh dari Alun-Alun dan Masjid Agung Tuban ini tak pernah sepi peziarah. Termasuk para jamaah salat tarawih yang selalu memenuhi Masjid Agung Tuban.
Menurut Gubernur Khofifah, ramainya peziarah yang berdatangan tak lepas dari kuatnya catatan sejarah dan kebesaran nama Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang.
Sebagai salah satu ulama Wali Songo, Sunan Bonang adalah sosok penebar syiar Islam di Jawa pada abad ke-14 Masehi. Lahir pada 1465 M di Surabaya, pendidikan Islam diperolehnya pertama kali dari Sang Ayah yakni Sunan Ampel di pesantren Ampeldenta. Sejak kecil, Sunan Ampel sudah mempersiapkan putranya itu sebagai penerus untuk mensyiarkan ajaran Islam di bumi Nusantara.
Sunan Bonang juga dikenal sebagai seniman yang berdakwah dengan menggunakan sejumlah perangkat seni, termasuk gamelan, juga karya sastra. Konon, Raden Makhdum Ibrahim adalah penemu salah satu jenis gamelan dengan tonjolan di bagian tengahnya atau yang kerap disebut bonang. Dari situlah julukan Sunan Bonang disematkan kepada Raden Makdum Ibrahim.
Sunan Bonang berdakwah dengan menggunakan musik yang dialunkan lewat gamelan buatannya. Hal ini bukan tanpa alasan. Beliau memilih untuk berdakwah dengan musik supaya mudah diterima oleh masyarakat Jawa pada masa itu tanpa adanya paksaan.
Dari penggalan sejarah tersebut, Gubernur Khofifah mengakui bijaknya praktik dakwah kultural yang dilakukan Sunan Bonang. “Berdakwah tanpa paksaan ini sangat bijak. Kreativitas dalam mengemas ajaran dakwah Islam dalam sebuah kesenian tradisional yang indah dan dekat dengan masyarakat patut kita jadikan teladan,” katanya
Selain itu, Gubernur Khofifah juga menyebutkan bahwa Sunan Bonang adalah simbol harmonisasi antar umat beragama. Hal tersebut tampak dari adanya sejumlah tempat ibadah di sekitar alun-alun Tuban yang hingga kini masih berdiri tegak dan digunakan untuk beribadah. Bangunan masjid, klenteng, pura dan gereja yang membentuk seperti kompleks tersebut telah dibangun sejak jaman Sunan Bonang.
“Ajaran beliau dalam merajut kerukunan dan perdamaian antar umat beragama ini masih relevan hingga sekarang. Ini yang harus kita teladani dan terapkan dalam kehidupan sekarang. Meski berbeda-beda, tapi tetap satu,” jelasnya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait