SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Digitalisasi memiliki ruang yang besar untuk mengembangkan kreativitas. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh semua kalangan untuk menyalurkan hobinya dan mendapatkan pendapatan atau cuan.
Ruang besar digitalisasi ini telah di manfaatkan Devi Lilian, sosok perempuan 32 tahun yang memutuskan mengembangkan potensi diri dengan menjadi Food Blogger. Aktivitas Food Blogger adalah kegiatan yang membagikan pengalamannya dibidang kuliner melalui konten yang diunggah di blog yang dimiliki.
Aktivitas ini bisa dilakukan semua orang, tetapi tidak semua mampu bertahan menjadi Food Blogger. Sebab, memutuskan menjadi seorang Food Blogger harus konsisten untuk me-review makanan secara berkelanjutan. Makanan yang di review juga harus berbeda dan unik, serta memiliki kualitas yang baik, bukan hanya makanan biasa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah Food Blogger harus suka kuliner dari tempat ke tempat lain.
“Dari dulu emang suka cobain makanan yang baru dan hitz. Zaman belum ada Foodies, saya udah post-post di akun pribadi,” ucap Devi Lilian.
Devi mengaku sebenarnya dirinya memiliki usaha catering harian bernama @mamacookingsby. Dengan seringnya bersentuhan dengan makanan, akhirnya muncul keinginan menjadi Food Blogger. Awalnya, makanan-makanan tersebut diunggah di media social pribadinya, ternyata banyak yang tertarik. Undangan dari beberapa resto telah didapat, akhirnya diputuskan untuk membuat satu akun khusus instagram untuk wadah menyalurkan hobi.
Undangan-undangan yang didapat, ujar Devi, merupakan awal untuk mendapatkan pendapatan atau Fee. Banyak resto tertarik dengan hasil review, akhirnya ada salah satu brand yang tertarik dan memutuskan untuk bekerja sama.
“Awalnya saat saya diundang itu free (gratis), tetapi tak lama kemudian ada brand yang tertarik, akhirnya bekerja sama dan mendapatkan fee,” bebernya senang.
Devi Lilian, sosok perempuan 32 tahun yang memutuskan mengembangkan potensi diri dengan menjadi Food Blogger. Foto iNewsSurabaya/arif
Untuk menjadi Food Blogger, ungkap Devi, tidak bisa sembarangan, kualitas menjadi hal yang paling penting. Seorang Food Blogger tidak boleh hanya bilang, makanan enak tetapi mereka harus mengetahui jenis makanan hingga asal usul makanan. “Kebetulan saya ini suka hunting makanan, bahkan saya pernah hunting michelin star restaurant di luar Indonesia. Jadi emang benar-benar hobby bukan untuk pekerjaan cari uang semata,” jelasnya.
Saat ini, lanjut dia, banyak konten kreator atau Food Blogger, tetapi tidak semua konten kreator atau Food Blogger memiliki kualitas. Masyarakat sudah panadai untuk menilai, apakah konten yang dilakukan berkualitas atau tidak. Ada trik-trik dalam membuat konten makanan, tidak boleh bilang makanan itu enak, begitu saja. Namun harus mengetahui dari berbagai aspek.
“Konten kreator itu juga harus mendidik, tidak bisa sembarangan, harus ada value, dan hasil review-nya benar-benar valid,” beber Devi.
Devi Lilian, sosok perempuan 32 tahun yang memutuskan mengembangkan potensi diri dengan menjadi Food Blogger. Foto iNewsSurabaya/arif
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait