Prof Suryawan menerangkan bahwa usia anak tidak bisa diputar kembali. Jadi apabila terdapat kegagalan pertumbuhan otaknya pada 1000 hari pertama kehidupan maka akan berdampak permanen pada otak anak.
Otak hanya mempunyai sekali kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
“Ketika anak masih usia dini, tidak boleh ada kesalahan dalam pembentukan otak. Kehilangan setiap momen tahapan tumbuh kembang anak usia dini bisa berakibat negatif sepanjang hidup anak,” terangnya.
Oleh karena itu pakar tumbuh kembang anak tersebut menegaskan bahwa periode kritis perkembangan anak pada 1000 hari pertama kehidupan harus digunakan sebaik mungkin.
Ada beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh Prof Suryawan untuk menyelamatkan kesehatan otak pada anak di Indonesia.
Pertama, memberikan kesempatan pada ibu untuk mendapatkan cuti melahirkan selama minimal 6 bulan.
Kesempatan ini sebagai ajang memberikan kesempatan pada ibu sebagai pengasuh utama untuk memberikan nutrisi terbaik berupa ASI eksklusif, serta stimulasi dini dalam bentuk pengasuhan interaktif.
“Kesempatan cuti ini merupakan waktu khusus pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif dan melakukan kegiatan interaksi berbalas dengan bayinya. Memberikan masa cuti minimal 6 bulan pasca melahirkan merupakan rekomendasi alternatif yang bisa dilakukan,” jelasnya.
Kedua, memasukkan program deteksi dini tumbuh kembang anak sebagai salah satu program pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Deteksi dini yang dilakukan dapat memungkinkan perkembangan anak menuju lebih optimal.
Sehingga jika terjadi keabnormalan pada tumbuh kembang anak bisa segera dideteksi dan diberikan penanganan lanjutan.
“Hal ini tentunya menjadi sebuah investasi negara jangka panjang untuk kualitas generasi Indonesia di masa depan,” tutupnya.
Editor : Ali Masduki