SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengungkap penyebab kenaian harga beras yang terjadi belakangan ini. Menurut orang nomor satu di Jatim tersebut, kenaikan harga beras karena harga Gabah Kering Panen (GKP) sejak di penggilingan sudah di atas Harga Pokok Pemerintah (HPP) yang ditetapkan pemerintah.
"Jadi HPP-nya Rp5.000, di Jatim sampai penggilingan harganya Rp6.800. Itulah yang menjadikan proses selesai penggilingan beras itu di atas HET. Jadi kalau ditanya di stok Bulog masing-masing daerah mereka akan sampaikan kita aman sampai lebaran tahun depan," kata Khofifah saat menggelar operasi pasar murah di halaman Bakorwil Pamekasan, Rabu (25/10/2023).
Data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) menunjukkan, pada Kamis (26/10/2023) lalu, rata-rata harga beras medium di Jatim sebesar Rp11.428 per kilogram (kg). Padahal pada Selasa (1/8/2023), harga rata-rata beras di Jatim masih diangka Rp10.269 per kg. "Kami memastikan bahwa stok beras di Jatim dalam kondisi aman," ujar Khofifah.
Ia mengatakan, operasi pasar murah di Bakorwil Pamekasan adalah pasar murah ke-38 yang digelar sejak 1 September 2023. Khofifah meminta Bupati Walikota bisa memberseiringi program ini dan diikuti lebih komprehensif lagi di masing-masing daerah yang dipimpinnya. "Semakin banyak operasi pasar murah semakin memungkinkan daya beli itu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan rumah tangga masing-masing," harapnya.
Sementara itu, menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Doddy Zulverdi, naiknya harga beras disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, naiknya harga pupuk seiring akibat perang Ukraina-Rusia. Kondisi ini diperburuk dengan adanya El Nino. "Lahan padi juga menyusut. Kemudian alat penggilingan padi juga terbatas," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait