Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Surabaya yang akan digelar pada November 2024 merupakan momen krusial bagi masa depan demokrasi di salah satu kota terbesar di Indonesia. Pilkada ini bukan sekadar ajang untuk memilih pemimpin, tetapi juga penentu arah kebijakan yang akan membawa Surabaya selama lima tahun ke depan. Namun, hingga saat ini, partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD Kota Surabaya dalam Pemilu 2024 tampaknya masih enggan menampilkan kader terbaiknya untuk bertarung dalam Pilkada tersebut.
Kemandekan Peran Partai Politik
Seharusnya, partai politik dan elitnya di Surabaya berperan aktif dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Pendidikan politik adalah fondasi penting untuk menciptakan masyarakat yang melek politik dan sadar akan hak serta tanggung jawab mereka dalam pembangunan kota.
Namun, fakta yang ada menunjukkan bahwa partai-partai ini belum memunculkan kader-kader terbaiknya untuk menantang petahana, Eri Cahyadi, di Pilkada Surabaya 2024. Apakah ini tanda bahwa demokrasi di Surabaya sedang menghadapi krisis?
Ancaman Terhadap Demokrasi Lokal
Pilkada Surabaya 2024 seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat demokrasi lokal setelah Pemilu 2024. Demokrasi di tingkat daerah memiliki peran penting dalam menentukan kehidupan politik baik di tingkat lokal maupun nasional.
Namun, realitas politik yang terjadi justru menunjukkan sebaliknya. Partai politik di Surabaya cenderung menghindari persaingan nyata dengan hanya mendukung satu calon, sehingga mengabaikan esensi demokrasi yang seharusnya memberikan pilihan bagi rakyat.
Surabaya dan Harapan yang Dipertaruhkan
Kota Surabaya, yang dikenal sebagai gudang pemuda dan tokoh potensial, sebenarnya memiliki banyak sosok yang mampu membawa perubahan positif bagi kota ini. Dengan semangat kepemudaan dan prinsip keadilan, mereka seharusnya diberi ruang untuk berkontribusi dalam Pilkada 2024.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait