Doxing: Jejak Digital yang Menghantui, Tanggung Jawab Kita di Dunia Maya

Ali Masduki
Ulul Albab, Ketua ICMI Orwil Jatim. Foto/Dok Pribadi

Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jatim

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Beberapa waktu terakhir, sebuah fenomena yang cukup mengkhawatirkan muncul di dunia maya: doxing. Praktik ini, yang selama ini jarang terdengar, kini mendadak menjadi sorotan. Bahkan, beberapa aktivis, seperti yang diduga dialami oleh peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), menjadi korban dari penyebaran data pribadi mereka secara ilegal. 

Doxing bukan sekadar isu teknis, tapi ini adalah ancaman yang bisa menyerang siapa saja—dan dampaknya jauh lebih besar dari yang kita bayangkan. Kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap kenyataan ini. Semakin banyak orang yang tidak paham betul mengenai bagaimana dunia maya bekerja, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan nyata kita. 

Teknologi yang kita miliki seharusnya menjadi alat pemberdayaan, namun sering kali disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik. Kita, sebagai bagian dari masyarakat, terutama para cendekiawan dan aktivis, seharusnya menyadari bahwa dunia maya bukanlah tempat tanpa aturan. Setiap tindakan, setiap klik, setiap unggahan, itu adalah jejak yang kelak akan kita pertanggungjawabkan.

Doxing itu sendiri adalah tindakan penyebaran informasi pribadi seseorang tanpa izin, yang dapat mencakup alamat rumah, nomor telepon, atau bahkan lokasi terkini. Semua informasi yang disebar ini bisa dimanfaatkan untuk merugikan pihak yang bersangkutan. Dalam banyak kasus, korban doxing tidak hanya merasa terganggu, tapi juga terancam, baik secara fisik maupun psikologis.

Bagaimana Doxing Merusak Kesehatan Sosial Kita?

Beberapa pihak mungkin beranggapan bahwa ini hanya masalah pribadi antara pengunggah dan korban. Namun, dampaknya lebih luas daripada itu. Doxing menciptakan suasana ketidakpastian dan ketakutan yang sangat dalam di masyarakat. Ketika informasi pribadi kita bisa tersebar begitu mudahnya, kita akan berpikir dua kali sebelum berbicara atau mengungkapkan pendapat kita, bukan? 

Ini menjadi pembungkam bagi kebebasan berpendapat dan beraktivitas di dunia maya. Bahkan, tak jarang doxing ini digunakan sebagai senjata untuk mengintimidasi mereka yang kritis terhadap kebijakan pemerintah atau isu-isu sosial tertentu.

Lebih dari itu, doxing menciptakan lingkungan yang penuh dengan kecemasan. Di sinilah letak bahayanya. Ketika individu mulai takut untuk berbicara atau beraktivitas secara bebas, demokrasi kita akan terganggu. Kebebasan berekspresi, yang selama ini kita banggakan, dapat terancam. Begitu juga dengan hak privasi, yang dalam ajaran hukum dan hak asasi manusia, adalah sesuatu yang wajib dilindungi.

Dunia Maya, Dunia Nyata: Menyadari Jejak Digital Kita

Sebagai cendekiawan Muslim, kita diajarkan bahwa segala amal perbuatan kita di dunia ini memiliki dampaknya—baik di dunia maupun di akhirat. Islam dengan sangat jelas mengajarkan bahwa setiap kata yang diucapkan, setiap tulisan yang disebarkan, akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak. Bahkan di dunia maya pun, jejak digital kita adalah bagian dari amal yang akan kita bawa, baik itu menjadi amal jariyah atau sebaliknya, amal kejelekan.

Bayangkan jika kita membagikan sebuah informasi yang bermanfaat—baik itu pengetahuan, solusi, atau kebaikan itu bisa menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun kita telah tiada. Tetapi, jika kita malah menyebarkan fitnah, kebohongan, atau bahkan data pribadi orang lain yang kita ambil tanpa izin, maka itu bisa menjadi amal kejelekan yang akan membebani kita. Betapa beratnya tanggung jawab ini, terutama di tengah derasnya arus informasi di dunia maya.

Sebagai contoh, dalam kasus doxing yang diduga menimpa para aktivis ICW, kita tidak hanya melihat perbuatan yang merugikan secara pribadi, tetapi juga dampaknya pada masyarakat secara umum. Doxing bisa menjadi senjata untuk melemahkan mereka yang berdiri di garis depan dalam memerangi korupsi, menyuarakan keadilan, dan memperjuangkan demokrasi.

Pentingnya Etika Digital dan Keamanan Pribadi

Namun, bukan hanya tentang melindungi diri kita sendiri dari ancaman digital, tetapi ini juga tentang menumbuhkan kesadaran kolektif. Kita semua perlu berkomitmen untuk menjaga agar dunia maya tetap menjadi ruang yang aman dan sehat. Ini adalah panggilan untuk kita semua, terutama bagi cendekiawan, aktivis, dan masyarakat yang mengandalkan platform digital untuk menyuarakan aspirasi.

Sebagai bagian dari masyarakat sipil, kita juga harus memiliki etika digital yang jelas. Menyebarkan informasi yang tidak pasti atau merugikan pihak lain tanpa klarifikasi hanya akan memperburuk situasi. Terlebih, apa yang kita unggah, baik itu lewat WhatsApp, Twitter, Instagram, atau platform lainnya, harus menjadi pertimbangan moral dan etis. Ini adalah tugas kita untuk memastikan bahwa dunia maya tidak menjadi sarana untuk menyebarkan kebencian, fitnah, atau ancaman terhadap siapapun.

Kita juga harus mewaspadai adanya pelanggaran privasi yang terjadi tanpa kita sadari. Semua orang, baik itu aktivis, jurnalis, maupun masyarakat biasa, berhak untuk menjaga privasi mereka. Dan ini bukan hanya hak mereka, tetapi juga tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan menghormati privasi sesama.

Menghadapi Doxing: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai individu? Pertama, pastikan bahwa informasi pribadi yang kita bagikan di dunia maya tetap terjaga dengan baik. Periksa pengaturan privasi pada akun media sosial kita, hindari berbagi informasi sensitif secara sembarangan. Kedua, sebagai bagian dari masyarakat, kita harus saling mendukung satu sama lain—terutama mereka yang menjadi korban dari praktik-praktik digital yang merugikan, seperti doxing.

Bagi para cendekiawan dan aktivis, marilah kita menjadi contoh yang baik. Tunjukkan bahwa dunia maya bisa digunakan sebagai sarana untuk membangun, bukan merusak. Tunjukkan bahwa kita bisa berbicara dengan bijak, berbagi informasi dengan akurat, dan beraktivitas di ruang digital dengan penuh tanggung jawab.

Jika kita bisa melakukannya, dunia maya akan menjadi tempat yang lebih aman dan penuh manfaat. Dan jika kita semua mengingat bahwa setiap tindakan kita di dunia maya akan dipertanggungjawabkan, maka kita akan lebih berhati-hati dalam setiap langkah digital kita.

Menjadi Generasi yang Cerdas dan Bijaksana di Dunia Maya

Akhirnya, mari kita menyadari bahwa dunia maya adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan kita adalah bagian dari ekosistem digital ini. Apa yang kita lakukan di dunia maya akan berpengaruh pada kehidupan kita di dunia nyata. Oleh karena itu, mari kita jadikan dunia maya sebagai tempat untuk berbagi kebaikan, berbagi pengetahuan, dan membangun masyarakat yang lebih baik.

Saatnya bagi kita, para cendekiawan dan aktivis, untuk menjaga jejak digital kita dengan penuh tanggung jawab. Mari kita jadikan setiap unggahan kita sebagai amal kebaikan yang bisa memberi manfaat bagi sesama. Sebaliknya, mari kita hindari penyebaran keburukan, fitnah, dan kebohongan yang hanya akan memperburuk keadaan. Dunia maya adalah cerminan dari dunia nyata kita, dan kita punya tanggung jawab untuk menjaganya.


 

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network