SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID - Ulama besar, Syaikh Assayyid Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al Jailani melakukan Kajian Tafsir Al Jailani di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Jumat (11/1/2025) malam. Kali ini, ulama asal Turki itu membahas Surat Al-Baqarah Ayat 74.
Keturunan dari Syekh Abdul Qadir Jailani tersebut sengaja didatangkan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) Khofifah Indar Parawansa. Ribuan masyarakat dari berbagai penjuru Jatim antusias mengikuti pengajian ini. Tak hanya itu, siaran langsung melalui kanal digital Masjid Nasional Al Akbar juga diikuti oleh lebih dua juta masyarakat dalam dan luar negeri.
Khofifah menjelaskan bahwa kajian tafsir bersama Syaikh Assayyid Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al Jailani, sudah berlangsung selama 12 kali. Kegiatan ini menjadi momen berharga untuk mendalami tafsir sekaligus memperbanyak siraman ilmu untuk mendalami Al Quran.
"Memang sejak awal kami meminta Syekh Fadhil memulai kajian dari awal surat Al Fatehah. Makanya hari ini baru masuk surat Al Baqoroh ayat 74,” kata Khofifah.
Pihaknya optimistis melalui kegiatan ini, masyarakat bisa mendapatkan penguatan keilmuan dan diikuti kemanfaatan dan keberkahan ilmu yang didapatkan dari pengajian tafsir bersama Syekh Fadhil ini.
“Warga Indonesia ini adalah masyarakat yang sering baca manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani r.a. dan meneladani perilaku beliau,” kata Khofifah.
Termasuk keteladanan Syekh Abdul Qadir Jailani yang memberi makan gratis pada fuqoro dan dhuafa dua kali sehari. Keteladanan tersebut telah dilakukan selama lebih 800 tahun hingga saat ini. Hal tersebut saat ini menjadi salah satu referensi Presiden RI Prabowo Subianto melalui program Makan Bergizi Gratis.
“Apa yang dilakukan Pak Presiden Prabowo ternyata salah satu referensinya adalah apa yang dilakukan Syekh Abdul Qadir Jailani. Hal itu beliau sampaikan saat pertemuan dengan kami beberapa waktu lalu sebelum dilantik,” kata Khofifah.
Sementara itu, dalam pengajiannya, Syekh Fadhil membuka penjelasannya dengan menjelaskan tafsir Jailani khususnya membedah Al Quran Surat Al Baqoroh Ayat 74. Ia menjelaskan tentang sifat Bani Israil yang keras hatinya sehingga menutup hidayah dari Allah.
“Kerasnya bani Israil lebih ditekankan pada kerasnya hati. Kerasnya hati Bani Israil karena kesombongan yang kemudian membuat hatinya keras dan membatu. Hati yang lentur adalah hari yang takut pada Allah. Hati yang lentur itulah hati yang mudah dapat hidayah,” jelasnya.
Dalam ayat ini, ditafsirkan bahwa Allah memberi permisalan bahkan sebuah batu lebih baik dari hati Bani Israil. Ketika bebatuan bisa dilenturkan ketika mendapatkan tetesan air secara terus menerus, hal ini tidak bisa terjadi pada hati Bani Israil. “Kerasnya hati bani Israil tidak bisa lentur meski sudah dialiri sungai kemakrifatan dan keilmuan yang berasal dari lisan nabi nabi Allah,” terang Syekh Fadhil.
“Ketika batu saja bisa pecah baik karena faktor dorongan dari dalam atau dari luar, maka tidak demikian dengan hatinya Bani Israil. Hatinya bani Israil tidak bisa melentur meski disentuh dari dalam maupun dari luar saking kerasnya,” imbuhnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait