Sementara itu, Aironi Zuroida menjelaskan dampak psikologis yang timbul akibat kekerasan digital. Menurutnya, penyebaran konten kekerasan dan penghinaan yang meluas telah membuat masyarakat menjadi kurang peka terhadap penderitaan korban.
“Akibatnya, empati masyarakat terhadap korban berkurang drastis. Hal ini memperparah dampak psikologis yang dialami korban,” jelas Aironi.
Ia menekankan pentingnya langkah preventif, salah satunya melalui pengasuhan aktif oleh kedua orang tua. “Peran ayah sangat penting, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat fatherlessness yang tinggi di dunia,” ujarnya.
Selain keluarga, Aironi juga menyoroti peran pemerintah, komunitas, hingga universitas dalam menciptakan masyarakat yang lebih harmonis.
“Kolaborasi antar stakeholder adalah kunci utama untuk mencegah dan menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tandasnya.
Seminar ini disambut dengan antusias oleh peserta yang berasal dari civitas akademika UWP, Sekolah Wijaya Putra, hingga perwakilan SMA sederajat di Surabaya Barat. Diskusi interaktif terjadi dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.
Ketua Biro Kemahasiswaan dan CDC, Suprayoga, S.E., M.Si., menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis UWP ke-44.
“Kegiatan ini sejalan dengan visi Universitas Wijaya Putra, yaitu unggul, sociopreneur, dan publikasi. Semoga diskusi ini dapat membangun kesadaran sosial civitas akademika terhadap isu kekerasan perempuan dan anak,” ujarnya.
Dengan tema yang relevan dan narasumber berkompeten, seminar ini diharapkan menjadi langkah awal dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kekerasan digital serta menemukan solusi untuk menekan kasus-kasus serupa di masa depan.
Editor : Arif Ardliyanto