UM Surabaya Luncurkan Aplikasi Digital Ekofem Edu

Ali Masduki
Peluncuran Ekofem Edu oleh UM Surabaya menjadi langkah konkret dalam mendukung program Deep Learning pemerintah. Foto/Humas UM Surabaya

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya meluncurkan aplikasi digital Ekofem Edu, sebuah platform inovatif yang dirancang untuk mendukung program Deep Learning yang digagas oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). 

Aplikasi ini bertujuan untuk menanamkan wawasan adil gender dan kesadaran ekologi pada anak-anak melalui pendekatan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.

Program Deep Learning yang disosialisasikan oleh Kemendikdasmen, melalui Sekretaris Jenderal Abdul Mu’ti, bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mewujudkan pendidikan bermutu dan inklusif. 

Mu’ti menjelaskan bahwa Deep Learning menekankan pada pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran, bukan sekadar menghafal.

“Deep Learning adalah pendekatan yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep secara mendalam, sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Mu’ti dalam berbagai kesempatan.

Radius Setiyawan, Founder Ekofem Edu, menyatakan bahwa aplikasi ini dirancang sebagai respons terhadap tantangan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam isu gender dan ekologi.

“Platform Ekofem Edu ini dibuat sebagai respons atas persoalan gender dan ekologi yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan kerusakan alam yang terjadi,” jelas Radius pada Senin (24/2/25).

Ekofem Edu dikembangkan oleh tim peneliti muda dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan, anak, dan kesetaraan gender. 

Radius menambahkan bahwa platform ini menggunakan pendekatan interdisipliner untuk membentuk kesadaran ekologi dan keadilan gender, khususnya dalam pembelajaran anak-anak.

“Kami menemukan bahwa kehadiran perempuan dalam buku teks sekolah masih banyak mengakomodasi perempuan sebagai pelengkap, bukan sebagai subjek yang setara. Cerita-cerita folklore seperti Sangkuriang, Timun Emas, dan Bawang Merah Bawang Putih cenderung menanamkan karakter tidak adil gender,” ungkap Radius.

Melalui Ekofem Edu, cerita-cerita tersebut telah diperbarui menjadi lebih ramah gender. Misalnya, dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, alur cerita diubah menjadi upaya kedua tokoh tersebut untuk menyelamatkan hutan, bukan sekadar memperebutkan Pangeran Tampan.

Editor : Ali Masduki

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network