Indonesia memiliki sejarah panjang dalam penguasaan jalur laut dunia. Bahkan, Indonesia memiliki sejarah pernah menguasai kerajaan dalam ekspedisi penguasaan jalur pelayaran dunia. Ekspedisi yang dilakukan nenek moyang Indonesia juga diketahui Eropa, muncul niat untuk menjajaki dan menguasai harta berharga Indonesia.
Eropa memutuskan untuk menggelar operasi Hongi Tochten atau disebut dengan pelayaran hongi. Pelayaran ini akan menandingi nenek moyang Indonesia yang mampu menguasai jalur pelayaran laut dunia.
Operasi Hongi Tochten memiliki sejarah mendalam kebangkitan dan kehancuran jalur pelayaran nusantara. Dikutip dari jalurrempah.kemendikbud.go.id menyebutkan pada abad 15-17, kota-kota pelabuhan di Nusantara seperti Aceh, Banten, Demak, Makassar, Ternate, Tidore dan Sumbawa yang menjadi pusat-pusat perdagangan dunia di belahan Selatan, yang kebesarannya sejajar dengan kota-kota pelabuhan besar di utara seperti Amsterdam, Genoa, Venesia, dan Antwerp, hilang tanpa bekas seolah ditelan tsunami besar.
Bangsa dengan pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada ini, kurang dari satu abad telah berubah “memunggungi laut”, dan menjadikan daratan sebagai orientasi baru didorong oleh perubahan sejarah, yang membalik arus kebudayaan. Terpisahnya dunia maritim dari kebudayaan, yang juga turut mengubah bangsa yang sejak lama mengamini bahari, menjadi agraris.
Kita tentu bisa menunjuk kolonialisme yang dibawa Belanda sebagai biang keladi. Mereka menundukkan pelabuhan-pelabuhan besar itu dan menjadikannya sebagai bagian dari koloni mereka. “Saat kota-kota pelabuhan di pesisir dikuasai asing, pribumi bergeser ke pedalaman. Sejak itu pula kontak dengan dunia luar terputus. Putusnya kontak dengan dunia luar, bersamaan dengan putusnya keberlangsungan sebuah kebudayaan yang selama ini menjadi kuat karena semangat mencari pengetahuan dan teknologi,” mengutip Pidato Kebudayaan 2014, yang dibawakan Hilmar Farid.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait