Di sini dibutuhkan revitalisasi Jalur Rempah menjadi penting. Menghidupkan Jalur Rempah tentunya berkaitan dengan pemanfaatan geografis juga ekonomi, dari penanaman kembali berbagai jenis rempah yang menjadi produk unggulan, hingga pelabuhan-pelabuhan bersejarah yang diaktifkan kembali. Kapal-kapal bisa menjadi tulang punggung lalu lintas perdagangan antar pulau. Rempah yang berlimpah, diolah dan diproses menjadi produk berkualitas ekspor. Terus menerus berinovasi dengan rempah serta budidayanya.
Sejatinya, membangun kembali kejayaan Jalur Rempah adalah sebuah upaya jangka panjang yang terencana. Dengan segudang manfaat eksternalnya, kita juga memperbarui KeIndonesiaan kita yang melulu inferior, menjadi terus relevan dan kontekstual dengan kebutuhan zaman di tengah pusaran perubahan besar-besaran yang terjadi di dunia.
Jalur Rempah harus dilihat sebagai sebuah jalur budaya. Jalur yang dalam sejarahnya mengakibatkan berbagai interaksi budaya dari begitu banyak bangsa dunia, penyebaran agama, pendidikan, pertukaran ilmu pengetahuan, seni, bahasa, teknologi perkapalan, hingga kepentingan politik. Jalur inilah yang turut membangun budaya dan identitas Indonesia seperti sekarang ini yang majemuk.
Eropa memutuskan untuk menggelar operasi Hongi Tochten atau disebut dengan pelayaran hongi
Jalur Rempah juga menguatkan ikatan Indonesia sebagai bangsa dengan keanekaragaman budaya, tradisi, bahasa, agama, dan etnis. Dengan merekonstruksi dan merevitalisasi Jalur Rempah, artinya kita pun turut memperkuat ikatan Indonesia yang di hari-hari terakhir ini disibukkan oleh wacana-wacana intoleransi akibat menguatnya sentimen primordial.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait