Pertumbuhan ini juga selaras dengan meningkatnya aktivitas industri dan jasa logistik, khususnya di Jawa Tengah dan sekitarnya yang mencatat pertumbuhan hingga 20 persen.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jateng–DIY, Teguh Arif Handoko, menyebut pertumbuhan industri menjadi pendorong utama peningkatan arus logistik.
Namun, ia juga menyoroti tantangan operasional, seperti keterbatasan armada truk dan antrean panjang di depo kontainer, khususnya saat akhir pekan.
Ia mendorong depo logistik untuk beroperasi 24 jam, 7 hari seminggu (24/7) demi efisiensi pengiriman.
Salah satu pelaku industri logistik, Gateway Container Line, juga mencatatkan kinerja positif di awal 2025. Branch Manager untuk wilayah Jateng-DIY, Arifin, menyebutkan bahwa volume ekspor kargo LCL (Less than Container Load) naik drastis hingga 83 persen, sementara impor tumbuh 42,15 persen.
Pertumbuhan ini turut mengerek pendapatan perusahaan sebesar 31 persen (year-on-year). “Lonjakan aktivitas di pelabuhan sangat mencerminkan peningkatan permintaan jasa logistik dari sektor industri,” kata Arifin.
Hal serupa terjadi di Jawa Timur. Ketua ALFI Jatim, Sebastian Wibisono, mengungkapkan bahwa Pelabuhan Tanjung Perak mengalami peningkatan arus peti kemas yang signifikan, baik untuk ekspor-impor maupun logistik antar-pulau.
“Pertumbuhan industri logistik di Jawa Timur kami perkirakan mencapai 15–20 persen,” ungkap pria yang akrab disapa Wibi tersebut.
Menurut Wibi, Tanjung Perak sebagai hub utama kawasan timur Indonesia memainkan peran vital dalam rantai pasok nasional, seiring meningkatnya efisiensi dan kebutuhan pengiriman barang antar wilayah.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
