Untuk distribusi bantuan, tim lapangan mengerahkan tiga truk logistik ditambah lima mobil offroad bantuan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Armada ini digunakan untuk menembus daerah-daerah paling terdampak, seperti Aceh Tamiang, yang sebagian hanya dapat dijangkau menggunakan pesawat bantuan TNI.
“Kerusakannya parah. Beberapa daerah bahkan hanya bisa ditembus kendaraan 4x4,” ungkap Adi.
Perjalanan menuju wilayah Pameu, Aceh Tengah, juga tidak mudah. Tim harus bermalam terlebih dahulu di Geumpang sebelum melanjutkan perjalanan subuh hari akibat medan yang ekstrem.
Selain bantuan dari IKA ITS pusat, sejumlah ikatan alumni departemen ikut terlibat aktif.
“Alumni Teknik Lingkungan menyumbang sekitar Rp22 juta, sementara Teknik Kimia antara Rp30–50 juta,” tambah Adi.
IKA ITS dan departemen juga menyalurkan sekitar 500 kaos bagi warga terdampak.
Dukungan juga datang dari Yayasan Manarul Ilmi (YMI ITS). Ketua Umum YMI ITS, Triyanto, menegaskan kesiapan pihaknya untuk memperkuat bantuan sesuai kebutuhan daerah bencana.
“Untuk Aceh–Sumatera, apa pun yang dibutuhkan kami siap membantu,” ujarnya.
Melalui YMI, dana yang terkumpul telah mencapai Rp120 juta dan masih terbuka bagi masyarakat yang ingin berdonasi.
Yayasan ini juga mengirim sepuluh relawan yang akan terjun langsung bersama tim ITS dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga kemanusiaan.
Tak hanya itu, YMI kembali membuka program wakaf desain dan pembangunan hunian darurat, sebagaimana pernah dilakukan untuk korban erupsi Semeru.
“Kalau kebutuhan hunian meningkat, kami siap terjun seperti saat penanganan Semeru,” ujar Triyanto.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
