Zulkarnaen menjelaskan, dulu pernah ada petugas PDAM yang datang ke kampung, mereka datang untuk melakukan pengukuran. Namun sampai sekarang tetap saja tidak ada perbaikan. "Tunggu anggaran," ucap Zul menirukan perkataan dari pihak PDAM Surya Sembada.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga membeli ke penjual air keliling. "Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp500 ribu sampai Rp 600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kita beli air galon isi ulang," ungkapnya.
Menurut Zul, dirinya memanfaatkan air sumur untuk mandi. Tapi kondisi airnya keruh. "Mau gimana lagi. Terpaksa untuk menghemat biaya. Padahal kita ini tinggal di pusat kota," keluhnya.
Tia warga lainnya menambahkan, meski air bersih PDAM tidak mengalir, warga tetap dikenakan tagihan untuk administrasi. "Ketika bulan Januari, Maret, April tagihannya sekitar Rp 18 ribuan. Namun setelah itu naik menjadi sekitar Rp 60 ribu lebih. Tidak dapat air tapi tetap disuruh bayar," keluhnya.
Akibatnya ada sedikitnya 3 warga yang berhenti menjadi pelanggan PDAM, karena keberatan membayar.
Editor : Arif Ardliyanto