Dimarahi Dosen
Diaz menambahkan, pengalaman saat dimarahi dosen menjadi ingatan yang selalu terkenang, waktu diawa pendidikan profesi, ketika itu ia masih belum menemukan jati dirinya, masih berasa seperti pendidikan sarjana. Alhasil, dirinya malu di depan pasien, karena dapat teguran dari dosen.
“Ini selalu saya ingat. Tapi sejak itu saya bertekad untuk mengubah pola pikir dan belajar, agar menjadi lebih baik. Alhamdulillah, dari pengalaman dimarahi diawal pendidikan profesi tersebut, telah berbuah manis pada hari ini. Saya percaya, niat dosen saya dahulu untuk menegur, bukan berarti tidak sayang kepada saya, namun beliau ingin saya juga mahasiswa profesi lainnya menjadi pribadi yang tangguh dan selalu terus berusah lebih baik,” ungkapnya.
Menjadi dokter adalah pilihan yang Diaz ambil, karena sudah menjadi impiannya sejak kecil. Tenyata Allah memberikan jalannya, melalui orang tua yang mendukung baik dari segi moril dan materiil.
“Menjadi seorang dokter selain impian saya sejak kecil, juga ingin dapat berguna bagi masyarakat sekitar, khususnya keluarga sendiri, mungkin agak klise, tapi alasan itulah yang membuat saya bisa sampai pada titik ini,” jelasnya.
Bagi Diaz, semua itu tidak lepas peran dan dukungan orang tua atau keluarga, sehingga ia bisa menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter. Orang tua selalu mendukung dan mendoakan.
"Ketika ujian tiba, tak lupa orang tua mendoakan saya agar di permudah ujiannya,” tutupnya.
Editor : Ali Masduki