Belanda Picu Pertempuran di Madura, Ini Ceritanya, Berawal dari Pengkhianatan
Tapi setelah seruan gencatan senjata diberlakukan 4 Agustus 68 tahun silam, masih ada saja aksi-aksi ‘koboi’ para serdadu Belanda, sebagaimana yang terjadi di Bangkalan dan Pamekasan, Madura.
Seperti dikutip dari ‘Kronik Revolusi Indonesia 1947’, Belanda baru menghentikan agresi mereka beberapa hari setelah seruan gencatan diberlakukan, lantaran bersikeras ingin menguasai Pulau Madura terlebih dahulu. Aksi penghabisan yang mereka sebut “gerakan pembersihan”
Setali tiga uang dengan yang terjadi di Jawa Barat. Agresi dengan kode “Operatie Product” itu masih dilancarkan Belanda beberapa pekan setelah gencatan, demi mengasai Banten hingga batas “Garis Van Mook” sepanjang Tegal-Purwokerto-Banyumas-Cilacap.
Tak lama setelah menyampaikan pengumuman gencatan senjata sesuai perintah pemerintah pusat Belanda, Van Mook sempat ingin meyakinkan para pejabat Belanda, agar meneruskan agresi hingga Yogyakarta yang kala itu jadi Ibu Kota republik.
Panglima Letjen Simon H. Spoor bahkan tetap memerintahkan pasukannya stand by. Kendati begitu, Den Haag tak kunjung mengirim jawaban soal usulan Van Mook tersebut.
Baru setelah itu, Spoor memerintahkan segenap pasukannya di Jawa Barat, Semarang, Madura, Medan, Palembang dan Padang, untuk menghentikan tembak-menembak.
Editor : Arif Ardliyanto