Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Surabaya, Surabaya Ketut Gotra Astika mengatakan, 6 ogoh-ogoh yang diarak tersebut adalah lambang dari roh jahat, kemudian diarak dan dibakar. Tujuannya adalah untuk mengusir roh-roh jahat sebelum Hari Raya Nyepi.
“Yang 5 dibakar, kecuali satu ogoh-ogoh milik pemkot itu dikembalikan ke halaman Balai Kota setelah diarak,” kata Gotra.
Gotra menjelaskan, sebelum perayaan ogoh-ogoh, umat hindu yang hadir mengikuti prosesi ritual sembahyang di Pura Agung Jagat Karana Surabaya. Setelah itu, para umat hindu mengikuti tawur agung di pura masing-masing. Kemudian mengarak ogoh-ogoh hingga proses pembakaran.
“Setelah mengikuti berbagai proses tadi, kami harap besok pada saat nyepi tidak ada gangguan dan bisa melaksanakan catur brata penyepian,” jelasnya.
Gotra menyambut baik rencana Cak Eri Cahyadi, memasukkan pawai ogoh-ogoh ke dalam daftar agenda wisata tahunan. “Tentu kami menyambut baik soal itu, karena pawai ogoh-ogoh dan tawur agung sebelumnya juga sempat dimasukkan ke dalam agenda tahunan. Rencananya tahun depan kami akan menyumbang beberapa ogoh-ogoh untuk ditaruh di tempat-tempat ikonik di Surabaya,” pungkasnya
Editor : Arif Ardliyanto