get app
inews
Aa Read Next : Pererat Rasa Persaudaraan dan Lestarikan Budaya, Masyarakat Karo Gelar Mburo Ate Tedeh di Jawa Timur

Mengenal Tradisi Nyekar di Indonesia Jelang Idul Fitri yang Masih Melegenda

Jum'at, 21 April 2023 | 03:42 WIB
header img
Tradisi Nyekar di Indonesia Jelang Idul Fitri yang Masih Melegenda, banyak masyarakat yang melestarikan budaya ini. Foto iNewsSurabaya/arif

Ziarah ke makam merupakan salah satu tradisi menjelang Ramadan dan Idul Fitri yang masih dilestarikan hingga saat ini. 

Berikut macam-macam tradisi ziarah ke makam yang dirangkum iNewsSurabaya.id :

Nyekar 
Masyarakat Jawa dan Betawi menyebut tradisi ziarah ke makam sebagai nyekar, seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta.

Nyekar merupakan kegiatan ziarah, mendoakan orang tua, keluarga, atau sanak saudara yang telah wafat. Selain berdoa, peziarah juga datang membawa bunga melati, mawar, air mawar untuk ditaburkan ke tanah makam.

Ruwahan 
Ruwahan berasal dari kata ruwah, yakni bulan ke delapan dalam penanggalan Jawa. Ruwah bertepatan dengan Sya’ban dalam kalender Islam, yang jatuh tepat sebelum Ramadan.

Oleh sebab itu, tradisi ruwahan berasal dari masyarakat Jawa, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kota Yogyakarta. Dalam tradisi ruwahan ini, masyarakat Jawa mengunjungi makam keluarga atau sanak saudara untuk mengirimkan doa.

Ruwah juga berasal dari bahasa Arab, yakni ruh atau bentuk kata jamak dari arwah, yang berarti jiwa atau roh. Karenanya, masyarakat Jawa mengisi bulan Ruwah dengan berbagai kegiatan yang menjadi pengingat kematian, seperti ziarah kubur dan mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia.

Nyadran atau sadranan  
Selain ruwahan, tradisi ziarah ke makam di kalangan masyarakat Jawa juga dikenal sebagai nyadran atau sadranan. Namun, sebagian pendapat mengatakan bahwa nyadran merupakan rangkaian ziarah kubur dan kenduri. Berdasarkan informasi dari laman Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo, rangkaian nyadran meliputi pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan kenduri di masjid atau rumah kepala dukuh setempat.

Munggahan  
Masyarakat muslim Sunda mengenal ziarah ke makam sebelum puasa sebagai munggahan, seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Munggahan berasal dari kata bahasa Sunda munggah yang artinya naik secara harfiah, atau bermakna naik ke bulan suci yang derajatnya lebih tinggi.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut