Flushing, lanjut dia, juga untuk membersihkan sampah di area trashrack PLTA Sengguruh yang juga berpotensi mengganggu operasional PLTA. Selain itu, terdapat tiga unit sand flushing PLTA yang tidak bisa beroperasi sehingga pada saat penggelotoran waduk bisa perlu dilakukan inspeksi untuk tindakan perbaikan.
Kepala Divisi Jasa ASA I PJT I, Herwaman Cahyono Nugroho menambahkan, bahwa untuk untuk mengimbangi banyaknya sedimen yang masuk ke waduk tidak cukup jika hanya melakukan pengerukan menggunakan kapal keruk. "Flushing ini cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan kapasitas tampung Waduk Sengguruh sebagai tampungan pertama dari sistem Sungai Brantas," ujarnya.
Ditanya jumlah sedimen yang telah digelontorkan, Hermawan belum dapat menyampaikan datanya. "Sekarang masih kasat mata saja namun hitungan pasti untuk daya tampungnya akan dilakukan pengukuran echosounding lebih dulu oleh tim dari kantor pusat PJT I selepas 28 Juni 2023," jawabnya.
Hermawan menyampaikan bahwa daya tampung Bendungan Sengguruh telah menurun drastis dari kapasitas di awal pembangunannya tahun 1989 sebesar 21,5 juta meter kubik namun saat ini menurun sampai hampir 1,12 juta meter kubik. Sengguruh menerima sedimen dengan jumlah yang cukup tinggi setiap tahunnya mencapai 2 juta meter kubik berdasarkan hasil studi terbaru yang dilakukan perusahaan.
Untuk mengurangi sedimen, ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai dan sempadan serta untuk menjaga lingkungan. "Bendungan Sengguruh menjadi salah satu penopang dalam sistem Sungai Brantas dan semoga hal ini menjadi kepedulian kita bersama," pungkasnya.
Sebelumnya, kegiatan flushing telah diawali dengan sosialisasi pada instansi terkait seperti TNI, Polri dan masyarakat sekitar, termasuk pemberitahuan pada Bupati Malang. Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga dilakukan untuk mengamankan agar tidak ada warga yang mendekat dan beraktivitas di hilir bendungan saat kegiatan flushing
Editor : Arif Ardliyanto