Hal ini tentunya sejalan dengan keinginan Kemendikbudristek yang saat ini sedang menyiapkan grand design untuk talenta-talenta muda berpotensi di bidang seni budaya, olah raga dan sience. Melalui Festival ini diharapkan mampu mencetak generasi-generasi baru yang mampu melestarikan budaya melalui bahasa daerahnya masing-masing.
"Selanjutnya juga difasilitasi kalau memang memenuhi persyaratan untuk mendalami bidang tersebut, dan inilah bagian dari grand design manajemen talenta," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jatim Umi Kulsum mengungkapkan, kegiatan ini menjadi rangkaian untuk merevitalisasi bahasa daerah yang merupakan program Merdeka Belajar Episode 17.
"Ini merupakan salah satu episode Merdeka Belajar ke-17, jadi kita tidak ingin bahasa yang kita cintai, Bahasa Madura, bahasa Jawa dialek Using, Bahasa Jawa punah," ungkapnya.
Umi juga menjelaskan, bahwa kepunahan bahasa daerah dapat terjadi kapan saja jika sudah tidak ada penuturnya. Ia mencontohkan, Bahasa Sunda dalam 10 tahun terakhir telah kehilangan sekitar 2 juta penuturnya.
Menurut data Unesco, setiap dua minggu ada dua bahasa yang mati. Pengelompokan bahasa sendiri dibagi menjadi beberapa kategori seperti: masih sehat, rentan, kritis, dan mati.
Bahkan, mirisnya, saat ini di Wilayah Indonesia Timur sudah ada 10 bahasa yang mati. Hal ini karena tidak ada lagi penutur bahasa tersebut.
"Tentu kita tidak ingin bahasa Madura, Bahasa Jawa Dialek Using, dan Bahasa Jawa akhirnya tinggal nama, nah ini salah satu upaya kita dari Balai Bahasa bagaimana kita melestarikan bahasa daerah dengan memberikan semacam stimulan supaya anak-anak kita mau berbahasa daerah," tegasnya.
Editor : Arif Ardliyanto