Ganjar lantas mempertanyakan putusan MK tentang syarat capres-cawapres tetap lolos meski dalam prosesnya terdapat pelanggaran etik. Ganjar mempertanyakan bagaimana pertanggungjawaban keputusan itu pada rakyat.
"Mengapa keputusan dengan masalah etik, di mana etik menjadi landasan dari hukum, masih dijadikan rujukan dalam kita bernegara?," katanya.
"Mengapa hukum tampak begitu menyilaukan hingga menyakitkan mata, sehingga kita, rakyat sulit sekali memahami cahayanya," sambungnya.
Mantan Gubernur Jateng dua periode itu mengatakan, Ia berbicara sebagai bagian dari rakyat yang gelisah melihat demorasi dan keadilan sedag dihancurkan.
"Saya, berbicara sebagai bagian dari warga. Sebagai bagian, dari rakyat yang ikut gelisah melihat demokrasi dan keadilan, yang sedang mau dihancurkan," ungkapnya.
Kendati demikian, Ganjar mengapresiasi Majelis Kehormatan MK. Sebab telah membuktikan bahwa lembaga konstitusi tertinggi di Republik ini masih menjunjung tinggi ruh demokrasi.
"Majelis Kehormatan MK, telah menyampaikan keputusannya. Majelis Kehormatan MK, telah membuktikan bahwa lembaga tertinggi konstitusi di Republik ini, masih menjunjung tinggi ruh demokrasi," ujarnya.
Ganjar mengatakan, perjalanan Indonesia masih sangat panjang. Ia pun berharap masa depannya dibangun edngan fondasi yang berdasar nilai-nilai luhur bangsa.
"Saya berharap, masa depan Indonesia dapat dibangun dengan fondasi yang berdasar nilai-nilai luhur bangsa. Tanpa tendensi apapun, yang mencederai demokrasi dan keadilan," tegasnya.
Ganjar mengatakan masyarakat punya tanggung jawab sejarah. Yakni sejarah tercapainya demokrasi yang berasal dari perjuangan rakyat. Ia tak ingin masyarakat abai. Suami dari Siti Atikoh itu pun mengajak masyarakat untuk memastikan terjaganya demokrasi dan keadilan.
"Kita, generasi yang ada saat ini, punya tanggung jawab sejarah. Apakah kita akan mengorbankan sejarah panjang Indonesia ke depan? Jawaban saya, tidak. Kita akan memastikan, sejarah yang terang, memastikan demokrasi dan keadilan, sampai selamanya," ujarnya.
Menurutnya, diam bukan pilihan tepat untuk mengabaikan situasi politik akhir-akhir ini. Ganjar menyebut, mimpi akan menjadi kenyataan jika diimpikan bersama.
"Diam bukan sebuah pilihan. Mimpi yang diimpikan sendirian hanya akan menjadi mimpi. Mimpi yang diimpikan bersama adalah kenyataan," tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto