Prajurit samurai sangat disegani di Jepang, kekuatan dan keahlian memainkan pedang menjadi ciri khas yang tidak bisa lepas. Namun keberadaan samurai tidak bisa bertahan lama, tiba-tiba mereka menghilang bagai ditelan bumi.
Sebagaimana diketahui, kisah kepahlawanan samurai terdengar di zaman Sengoku (1467-1615). Sejak memasuki zaman Edo (1603-1868) di bawah Keshogunan Tokugawa, peran militer samurai amat minim, sampai-sampai pedangnya pun hanya sebatas simbol bukan senjata lagi.
Memasuki masa Restorasi Meiji pada 1868, pengaruh samurai perlahan semakin menghilang hingga saat ini hanya terdengar sebagai gelar masa lalu saja. Berikut kisahnya dari zaman ke zaman:
1. Matthew Perry mengakhiri masa sakoku Jepang
Pada masa Bakumatsu atau masa-masa terakhir Keshogunan Tokugawa, Komodor AL AS Matthew C. Perry, mendatangi Teluk Edo pada 1853 atas perintah Presiden AS ke-13, Millard Fillmore. Saat itu, Jepang sedang memakai paham sakoku yang menutup dirinya dari dunia luar dan Kaisar Jepang hanyalah "boneka".
Dengan armada kapal bersenjata, Komodor Matthew ingin membuka hubungan perdagangan antara Jepang dan AS. Perang saudara pun berkecamuk antara mereka yang ingin tetap sakoku atau yang ingin menyambut pihak luar. Selain itu, Komodor Perry juga sudah siap menyerang Edo jika menolak untuk bernegosiasi.
Sang Shogun, Keshogunan Tokugawa setuju untuk membuka Jepang (Pelabuhan Shimoda dan Hakodate) dengan Konvensi Kanagawa 1854, sementara Kaisar Kōmei menentangnya. Pada 1863, Kaisar Kōmei menentang Keshogunan, dan mengeluarkan perintah untuk "mengusir kaum barbar" (Jōi Chokumei)
Editor : Arif Ardliyanto