Lebih lanjut, Tyara menerangkan bahwa air tersebut akan diinjeksikan ke dalam sumur batuan lalu akan naik kembali dengan sendirinya ke permukaan bersama dengan minyak bumi.
Setelah dilakukan pemisahan air dan minyak, limbah air yang bercampur dengan kotoran dan air tanah ini akan dibuang. Namun hanya dengan treatment seperlunya tanpa ada perlakuan khusus.
“Selain pemborosan air, limbah dapat membahayakan bagi lingkungan sekitar,” tuturnya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Tyara bersama dua anggota timnya yang juga berasal dari Departemen Teknik Kimia ITS yakni Evania Christiana Febiani dan Latif Setyabudi menginovasikan sistem daur ulang limbah airnya.
Sistem usulan tim ITS ini mengombinasikan tiga metode sekaligus, yaitu electrocoagulation, nanofiltration, dan pervaporation.
“Melalui metode ini, air dapat digunakan hingga tiga kali pemakaian dalam proses ekstraksi minyak,” ungkap Tyara.
Editor : Ali Masduki