Nanik juga mengimbau masyarakat untuk aktif dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas, serta menambahkan langkah preventif lain seperti penggunaan kelambu dan obat nyamuk. “Dengan PSN 3M Plus, kita bisa menekan populasi nyamuk Aedes aegypti, khususnya di musim penghujan,” ujar Nanik.
Hingga kini, belum ada laporan kasus Chikungunya di Surabaya, sementara kasus DBD pada awal 2025 masih stabil dan terkendali. Pemantauan mingguan dilakukan secara rutin untuk memastikan kondisi ini tetap terjaga.
Kenali Gejala dan Lakukan Langkah Cepat
Nanik menjelaskan, gejala Chikungunya serupa dengan DBD, seperti demam, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, mual, dan muntah. Namun, nyeri sendi pada Chikungunya dapat bertahan hingga berbulan-bulan. Ia pun mengingatkan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika merasakan gejala tersebut.
“Yang terpenting, jangan panik dan tetap jalankan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk meminimalkan risiko,” pungkas Nanik.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Pemkot Surabaya berharap mampu menjaga warganya dari ancaman wabah Chikungunya dan DBD, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi semua.
Editor : Arif Ardliyanto