Wamendiktisaintek Sebut Kolaborasi Kampus dan Dampak Sosial Jadi Kunci Keberhasilan

Prof. Wahyudi Agustiono, Ketua Peneliti Proyek dari UTM, menjelaskan bahwa inovasi ini memiliki potensi global.
“Di tengah tantangan perubahan iklim, kelangkaan air bersih, dan kebutuhan energi di wilayah pesisir, proyek ini menawarkan solusi komprehensif yang dapat diadaptasi di berbagai wilayah,” ujarnya.
Proyek ini tidak hanya memberikan manfaat bagi petani garam di Pamekasan, tetapi juga membuka peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat pesisir Jawa Timur. Dengan pendekatan yang holistik, “Menuai Harapan” menciptakan mata pencaharian yang lebih stabil dan ramah lingkungan.
“Kami berusaha memastikan bahwa setiap aspek proyek memberikan manfaat optimal, tidak hanya bagi petani garam tetapi juga bagi seluruh masyarakat sekitar,” tambah Prof. Wahyudi.
Proyek “Menuai Harapan” juga menjadi bukti nyata keberhasilan kolaborasi antara Indonesia dan Australia dalam mengatasi tantangan global.
Melalui kemitraan strategis antara UTM, Newcastle University, dan RMIT University, proyek ini menunjukkan bagaimana kerja sama internasional dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Kunjungan Wamendiktisaintek ke lokasi proyek diharapkan dapat memotivasi para peneliti dan masyarakat untuk terus mengembangkan inovasi yang bermanfaat.
“Kolaborasi seperti ini harus terus didorong agar dapat direplikasi di wilayah dan sektor lain di Indonesia,” pungkas Prof. Fauzan.
Editor : Ali Masduki