Dari Kurban Fisik ke Kurban Digital, Refleksi Makna Idul Adha dalam Dunia Teknologi
Menjaga integritas sistem, melindungi kerahasiaan data pengguna, dan membangun sistem yang aman serta andal, seringkali membutuhkan waktu dan sumber daya lebih. Pengambilan keputusan yang tepat dalam situasi seperti ini merupakan bentuk tanggung jawab profesional sekaligus pengorbanan yang tidak selalu terlihat, namun penting untuk jangka panjang.
Teknologi tidak pernah sepenuhnya netral. Di balik setiap sistem yang dibangun, selalu ada keputusan dan pertimbangan yang dibuat oleh manusia. Apakah sistem yang dirancang mampu diakses oleh semua pihak, atau hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu? Apakah efisiensi menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan, atau ada pertimbangan inklusivitas di dalamnya?
Saat masih banyak wilayah yang belum mendapatkan akses internet yang memadai, penting untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dikembangkan tidak menambah jurang ketimpangan.
Kurban dalam hal ini bisa berarti menahan keinginan untuk mengejar popularitas teknologi mutakhir dan menggantinya dengan komitmen untuk membangun sistem yang adil, terbuka, dan menyeluruh.
Refleksi Idul Adha di Tengah Dunia Digital
Idul Adha bisa menjadi momen yang tepat untuk kembali mempertanyakan hal-hal apa saja yang perlu dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar? Apakah waktu, perhatian, kenyamanan, atau keputusan yang menguntungkan dalam jangka pendek tetapi berisiko dalam jangka panjang?
Dalam dunia yang semakin terhubung oleh teknologi, semangat pengorbanan tetap relevan. Kurban digital bukan soal mengganti ibadah fisik, melainkan soal memperluas makna bahwa pengorbanan juga bisa terjadi di ruang digital, melalui pilihan sadar yang mengedepankan nilai, etika, dan kepentingan bersama
Penulis:
Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA.,
Wakil Ketua 3 Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) Provinsi Jawa Timur
Editor : Arif Ardliyanto