Remaja di Era Digital, Terhubung Tapi Kehilangan Jati Diri
SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Menjadi remaja di masa kini ibarat berjalan di tengah keramaian yang bising, setiap langkah seolah diawasi, dinilai, dan dibandingkan. Mereka hidup di zaman yang penuh peluang, namun juga sarat tekanan. Di balik layar ponsel yang kecil, dunia terasa tanpa batas. Ironisnya, justru di sanalah banyak remaja kehilangan dirinya sendiri.
Kini, remaja tak hanya berlomba berprestasi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Ada tekanan tak kasatmata untuk tampil sempurna, berwajah menarik, bergaya hidup keren, memiliki prestasi gemilang, dan kehidupan sosial yang ramai. Dunia digital yang awalnya diciptakan untuk menghubungkan manusia, perlahan berubah menjadi cermin yang memantulkan bayangan ideal, sering kali menyakitkan bagi mereka yang merasa tak mampu mencapainya.
Setiap hari mereka disuguhi kehidupan orang lain yang tampak bahagia. Namun, di balik senyum yang diunggah dan tawa yang ditampilkan, kerap tersimpan kelelahan yang tak terucapkan. Inilah paradoks besar remaja masa kini, semakin banyak cara untuk mengekspresikan diri, semakin sulit untuk benar-benar menjadi diri sendiri.
Masalah yang muncul di kalangan remaja saat ini bukan sekadar stres atau gelisah, melainkan mati rasa kehilangan kemampuan untuk merasakan dengan utuh. Mereka tersenyum tanpa benar-benar bahagia, tertawa tanpa sungguh gembira, dan menangis tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Editor : Arif Ardliyanto