Menyelamatkan Identitas Budaya di Era Globalisasi Digital
Namun, tidak semua dampak K-Pop bersifat negatif. Bagi sebagian remaja, budaya Korea justru membuka ruang pembelajaran lintas budaya. Banyak penggemar yang terdorong untuk mempelajari bahasa Korea, memahami etika, dan menelusuri sejarah negeri ginseng tersebut. Interaksi lintas budaya ini memperluas wawasan global sekaligus memperkuat kemampuan adaptasi dalam menghadapi dunia yang semakin terhubung.
Tantangannya kini terletak pada bagaimana generasi muda mampu menyeimbangkan antara keterbukaan terhadap budaya global dan pelestarian nilai-nilai lokal. K-Pop seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman terhadap budaya Indonesia, melainkan sebagai cermin bahwa generasi muda memiliki semangat belajar, daya kreatif, dan keterhubungan global yang tinggi. Yang dibutuhkan adalah kesadaran untuk menempatkan diri sebagai konsumen budaya cerdas dan mampu mengapresiasi tanpa kehilangan jati diri kebangsaan.
Dalam konteks pembangunan karakter bangsa, K-Pop bisa menjadi titik refleksi penting untuk generasi muda, apakah akan terus menjadi peniru budaya asing, atau justru memanfaatkan pengaruh global tersebut untuk memperkaya identitas nasional. Di tengah derasnya arus globalisasi, menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan kecintaan terhadap budaya sendiri adalah kunci agar generasi muda tidak hanya menjadi pengikut tren, tetapi juga pembawa nilai-nilai kebangsaan yang relevan dengan zaman.
Penulis: Nabilatus Syarifah
Editor : Arif Ardliyanto