Kata Abrar, sampah plastik yang mencemari pantai apabila terjadi terus-menerus maka akan bisa berdampak pada matinya mangrove dan terumbu karang yang sedang mereka kembangkan.
"Sampah-sampah plastik akan menjerat dahan-dahan mangrove yang akan tumbuh, bahkan jika ada plastik ukuran besar otomatis akan membelit batang mangrove dan arena pengaruh aruh sampah plastik akan mencabut batang mangrove dan akhirnya mati," paparnya.
Sampah plastik yang semakin banyak jumlahnya juga berdampak pada matinya terumbu karang karena sampah-sampah plastik seperti sachet, Styrofoam dan tas kresek menutupi terumbu karang dan menyebabkan kematian.
“Kami terpanggil untuk menyelamatkan terumbu karang dan mangrove oleh karena itu kami rutin setiap minggu membersihkan terumbu karang dan mangrove dari jeratan sampah plastik," terangnya.
Sachet Cemari Teluk Palu
Peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) Prigi Arisandi, mengungkapkan jenis sachet yang paling banyak ditemukan berasal dari produk-produk PT Wings seperti Soklin, Mie Sedap, dan beberapa bungkus snak. Sedangkan peringkat kedua penyumbang sampah yang mencemari Teluk Palu adalah bungkus personal care dari PT Unilever seperti Rinso, Pepsodent, Rexona dan Sunsilk.
Lebih lanjut Alumni Jurusan Biologi Universitas Airlangga Surabaya ini menjelaskan, bahwa Lima besar produsen yang sampahnya banyak ditemukan di Teluk Palu adalah PT Indofood, PT Mayora dan PT Garudafood.
"Kami memungut sampling sampah di keempat pantai dan mengumpulkan sebanyak 200 spesimen sampah plastik dan yang paling banyak kami temukan adalah jenis sampah sachet sekitar 72% dari total sampah yang berhasil kami punggut,” jelasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait