Pang Budiono mengatakan, kondisi pengusaha-pengusaha lokal benar-benar diujung tanduk. Saat ini, stok garam milik petani sudah tidak ada, karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Belum lagi harga garam yang sangat melambung mencapai Rp. 5. 000,-/ kilogram, ditambah lagi dengan kualitas garam dari petani yang sangat buruk.
“Cuaca saat ini tidak memungkinkan untuk produksi garam. Ada garam-pun umurnya pendek, umurnya hanya 3 hari, otomatis kualitasnya jelek,” ujarnya.
Padahal, ujarnya, idealnya umur mutu garam sekitar 12 hari untuk bisa membentuk kristalisasi bagus dengan kualitas baik. Selain itu, Harga yang diterapkan dipasaran benar-benar tidak bersahabat. Menurut harga garam yang standar internasional, berkisar Rp1. 250,- hingga Rp1.500,-/ kilogram.
“Kalau harga sampai Rp5.000,- / kilogram itu sangat tidak wajar. Ongkos produksi bagaimana? harga ke pasaran berapa? Harusnya pemerintah memberi solusi masalah ini! Kita ini pengusaha lokal yang ingin garam lokal memiliki kualitas tinggi,” paparnya.
Direktur PT Jakarta Garamindo Sejahtera, Ferri Chandra menambahkan, pengusaha garam lokal memang sedang dalam masalah. Tetapi tidak ada upaya pemerintah untuk memberikan bantuan kebijakan untuk pengusaha yang masih kelas UMKM ini. Justru pemerintah lebih memperhatikan perusahaan-perusahaan yang melakukan impor garam. Mereka seperti anak emas yang selalu diperhatikan saat akan mendatangkan garam dari luar negeri.
Editor : Arif Ardliyanto