Jatuh Bangun Majalah Panjebar Semangat
Panjebar Semangat didirikan pada tanggal 2 September 1933 di Surabaya oleh pahlawan nasional Dr. Soetomo, yang juga salah satu pendiri Budi Utomo. Sejak saat itu tidak pernah absen melayani pembaca. Alasan menggunakan bahasa Jawa sederhana, kala itu masyarakat Indonesia masih belum banyak yang bisa bahasa Indonesia. Halamannya pun tidak banyak, hanya berupa lembaran 4 halaman.
Terbitan perdama Majalah Panjebar Semangat dipajang di kantor.
Arkandi mengatakan, Panjebar Semangat waktu itu digunanakan DR Soetomo untuk menyampaikan pesan-pesan dalam menghimpun semangat masyarakat untuk melawan penajajajan.
"Alhamdulillah sejak terbit, kecuali saat di beredel Jepang kita gak pernah telat satu kalipun terbit," kata dia.
Bahkan ketika masa reformasi 1997-1999, Panjebar Semangat tidak mau mati. Majalah ini terbit setengah halaman. Dari 52 halaman menjadi 26 halaman.
Hantaman berat kemudian berlanjut ketika wabah pandemi Covid-19 menyerang. Pengelola harus memutar otak supaya Penyebar Semangat tetap sampai ke pembaca loyalnya.
Pandemi menjadi hantaman bagi Panjebar Semangat, karena pembayaran dari agen seret. Sedangkan roda kehidupan terus berjalan. Sehingga cover Panjebar Semangat diganti dari art paper menjadi HVS. Tapi kita bersyukur tidak ada pelanggan yang komplain," ungkap Arkandi.
Bertahan di Tengah Digitalisasi Media
Arkandi Sari bercerita, dirinya resmi bergabung ke majalah Penyebar Semangat pada tahun 2009. Sebelumnya dia hanya berada dibalik layar untuk mendukung sang suami.
Sejumlah pelajar membaca Majalah Panjebar Semangat.
Pada awalnya Panjebar Semangat tidak memiliki website, kemudian Arkandi menghadirkan website dan e-magazine. Itu untuk merangkul pembaca dari generasi muda.
"Kita berusaha menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Kami juga berusaha menggelar event-event di sekolahan, lomba tulisan Jawa supaya anak muda menoleh," katanya.
Untuk mengenalkan kepada anak usia dini, dua minggu sekali Panjebar Semangat menerbitkan sisipan Narayana. Isinya tentang pengetahuan dasar yang disajikan melalui gambar lucu-lucu. Harapannya agar Orangtua mengajari si anak dan mengenal bahasa Jawa, kemudian mencintai bahasa Jawa.
"Ini upaya menjaga eksisensi Panjebar Semangat," tegasnya.
Di versi online, konten yang disematkan oleh Panjebar Semangat sama dengan versi cetak. Namun untuk bisa mengakses, pelanggan harus mengeluarkan kocek Rp40 ribu setiap bulan. Jika ingin lebih mudah, pelanggan bisa download aplikasi Panjebar Semangat versi android.
"Versi online ini lumayan dapat respon dari generasi muda, hanya saja masih fluktuatif atau datang dan pergi. Setidaknya kita berusaha dengan kondisi sekarang ini. di Andorid juga sudah ada aplikasi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait