Pelatihan ini digelar selama tiga hari dan dibagi menjadi dua tahap utama: pembekalan teori dan praktik lapangan. Materi hari pertama dan kedua mencakup dasar-dasar kewirausahaan, analisis pasar kopi, hingga strategi manajemen usaha. Hari ketiga fokus pada praktik langsung, simulasi usaha, dan uji coba produk.
Kuswana Mandiri Septian, salah satu trainer pelatihan, membuka wawasan para peserta mengenai potensi bisnis kopi yang selama ini kerap tak terlihat.
“Bisnis kopi itu tidak sebatas menyeduh. Ada banyak celah usaha yang bisa digarap oleh anak muda, apalagi dengan kekuatan media sosial saat ini. Peluang terbuka lebar bagi mereka yang kreatif dan punya semangat,” kata Kuswana.
Salah satu peserta, Jibril Fajar Ganesya dari Klakah Rejo, mengaku pelatihan ini menjadi titik balik pemahamannya soal dunia kopi.
“Saya kira kopi itu ya cuma soal bikin minuman di kafe. Tapi ternyata, peluang usahanya luar biasa luas. Saya jadi semangat untuk menekuni ini lebih serius,” ungkap Jibril dengan antusias.
Disbudporapar menegaskan, pelatihan ini bukan kegiatan satu kali. Ini bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyiapkan pemuda Surabaya agar tidak hanya menjadi penikmat kopi, tapi juga pelaku usaha yang mampu menciptakan nilai tambah bagi komunitasnya.
“Kami ingin mereka tidak hanya ikut-ikutan tren, tapi mampu bertahan dalam bisnis dan berkembang seiring waktu,” pungkas Erringgo.
Dengan meningkatnya popularitas kopi lokal dan berkembangnya gaya hidup ngopi di kalangan milenial dan Gen Z, pelatihan ini hadir sebagai jembatan antara hobi dan peluang usaha. Surabaya pun membuktikan komitmennya dalam mencetak generasi muda yang tidak hanya kreatif, tetapi juga produktif dan siap bersaing di industri berbasis potensi lokal.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
