Terhadap tim pujaan, tak ada pilihan lan kecuali mencintai dan bersetia kepadanya dengan segala pengorbanan, bahkan kematian jika memang dibutuhkan. Sebegitunya sepak bola di masyarakat kita saat ini. Suatu kali Eric Cantona, salah seorang pemain bola legenda Manchester United menyatakan, _“You can change your wife, your politics, your religion, but never, never can you change your favourite football team”_ (Kamu bias berganti istri, pilihan pilitik, bahkan agama, tapi kamu tidak akan pernah bisa berganti klub sepakbola favoritmu).
Karl Marx pernah menggambarkan agama sebagai candu yang meninabobokkan masyarakat _(religion is the opium of the people_). Seandanya Marx hidup kembali, saya ingin bertanya kepadanya: “Jika sepak bola adalah sebuah agama dan agama adalah sebuah candu, candu jenis apakah yang menggerakkan ribuan orang untuk melakukan kerusuhan dan kekerasan? Candu merk apakah yang membuat sebuah pertandingan sepak bola berakhir dengan kerusuhan dan ratusan orang meregang nyawa bergelimpangan?
Di ujung tulisan ini, kami ingin menyampaikan: “Dengan kepedihan mendalam, kami, keluarga besar UINSA Surabaya berbela sungkawa terhadap seluruh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Taka ada satu pun olahraga yang bisa dibenarkan atas jatuhnya sebuah korban jiwa. Biarlah Tuhan saja yang menjadi Tuhan, karena sepakbola bukanlah agama.
Penulis :
Ahmad Zainul Hamdi
Guru Besar Sosiologi Agama
Warek III UINSA Surabaya
Editor : Arif Ardliyanto