PAPUA BARAT, iNews.id - Memasang tag atau penanda akustik pada Pari Manta bukan perkara mudah. Dibutuhkan keahlian khusus agar tag yang menancap pada bagian tubuh Pari Manta tidak mengganggu kenyamanan saat habitat dilindungi itu berenang.
Seperti yang dilakukan oleh Immanuel Mofu, sang tagger Pari Manta Raja Ampat, Papua Barat. "Om Manu, yo yo Om Manu," teriak tim peneliti dari Yayasan Reef Check Indonesia (YRCI) bersama BLUD UPTD Provinsi Papua Barat dan BKKPN wilayah Kupang Satker Raja Ampat, dari atas kapal yang berlayar di Kepulauan Wayag, Raja Ampat, Sabtu (27/11/2021).
Sebagai tagger berpengalaman, Manu tampak cekatan. Begitu Pari Manta menampakkan diri, tanpa basa-basi, Manu yang sudah mengenakan peralatan snorkling langsung terjun kedalam air. Dengan tagpole atau tombak ditangan, ia begitu lincah mengikuti gerakan Pari Manta yang bergerak cepat.
Immanuel Mofu menuturkan, untuk memasang tag pasa Pari Manta memang dibutuhkan kesabaran tinggi. Antara Pari Manta belia dengan dewasa memiliki tingkat kesulitan berbeda. Pari Manta belia lebih liar dan memiliki daya proteksi tinggi. Sedangkan Pari Manta dewasa lebih tenang dan bisa dilakukan dengan diving.
Pari Manta belia ini bisa dijumpai di Kepulauan Wayag, Raja Ampat. Meski arus perairan ditempat ini tergolong tenang, namun untuk memasang tag bukan perkara mudah.
"Karena Mantanya kan masih Baby. Dia tau kalau ada ancaman yang datang," tuturnya.
Ia mengakui, untuk memasang tag pada Pari Manta belia kerkadang bisa memakan waktu seharian penuh. Jika mengejar satu Manta belum berhasil, maka terus mencari ke tempat lain.
"Kan Manta kadang disini. Pas dikejar ternyata pindah kesana, jadi butuh kesabaran," ucapnya.
Selain itu, seorang tagger harus jeli mengamati punggung manta. Terkadang, tegger sudah jauh berenang dan mendekati Pari Manta, ternyata sudah terpasang tag akustik.
Speedboat yang lewat dengan kecepatan tinggi juga menjadi salah satu kendala. Seperti yang terjadi di dalam Lagoon Wayag. Ketika tagger sudah suiap menancapkan tag akustik, ternyata Pari Manta lari lantaran ada speedbot.
Om Manu menjelaskan, memasang tag akustik, terutama di Lagoon Wayag tidak bisa dilaukukan sendiri. Ia membutuhkan tim untuk mengamati gerakan manta anakan dengan bantuan drone.
"Kita cari Manta seperti tadi pakai Drone. Kita cari Manta nya dulu, baru bisa dapat kita tolong pelan-pelan, sambil ikut kegiatan Manta dimana. Pokoknya sampai posisi yang pas, langsung Tag," ungkapnya.
Sebagai pecinta Pari Manta, Om Manu tidak pernah merasa lelah atau menyerah dalam menjaga kelestarian Habibat Pari Manta. Meksi harus berada di air hingga berjam-jam dengan berbagai resikonya, pria 32 tahun dari UPTD BLUD KKP Kep. Raja Ampat tersebut akan mengabdikan dirinya demi menjaga kelestarian alam Raja Ampat.
Sementara itu Manajer Proyek COREMAP CTI paket 3, Riyan Heri Pamungkas, memaparkan bahwa pemasangan tag ke tubuh Pari Manta ini untuk mendukung proses penelitian habitat Pari Manta di perairan Raja Ampat.
Tag akan mengikuti pergerakan manta melalui receiver penangkap frekuensi yang sudah terpasang di perairan tersebut.
"Pemasangan tag atau penanda berupa tag akustik dan tag satelit pada tubuh ikan manta guna mengetahui pergerakan mereka di perairan Raja Ampat," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, selama beberapa hari tim peneliti melakukan sensus populasi Pari Manta di perairan Raja Ampat. Hal itu merupakan pelaksanaan dari proyek Coral Reef Rehabilitation and Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP – CTI).
Program proyek pencontohan di TNP Laut Sawu dan Raja Ampat berjudul “Integrasi Kebijakan Berbasis Sains dalam Mendukung Konservasi dan Pemanfaatan secara Berkelanjutan Spesies yang Terancam Punah", ini didukung oleh dana hibah Global Environment Facility (GEF) melalui World Bank, kerjasama Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dengan Yayasan Reef Check Indonesia.
Kegiatan ini telah berjalan sejak bulan Mei tahun 2021. Dalam pelaksanaanya, Yayasan Reef Check Indonesia kerja bersama dengan Otoritas Pengelola Kawasan Konservasi di Raja Ampat, yaitu BLUD UPT KKP & BKKPN Kupang
Terpelihara dan terjaganya spesies dilindungi (Pari Manta) diharapkan dapat memberi dampak langsung pada masyarakat, terutama dalam penguatan bisnis wisata berbasis spesies.
Editor : Ali Masduki