Dari pemeriksaan medis dijelaskan, Cahayu mengalami pendarahan di otak, diduga akibat terinjak-injak saat menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya. Remaja berusia 16 tahun ini juga sempat dinyatakan koma tak sadarkan diri selama tiga hari dan harus menjalani perawatan intensif di RSUD Kanjuruhan.
"Sempat koma tiga hari di RSUD Kanjuruhan, jadi waktu sehabis kejadian itu kakaknya pertama nyari di Stadion Kanjuruhan, terus ketemunya di RS Wava Husada, dari Wava Husada dibawa ke RSUD Kanjuruhan, disitu koma tiga hari," ungkapnya.
Saat ditanya apakah anaknya mengalami amnesia pasca tragedi itu, Laily tak tahu. Sebab belum ada penjelasan lebih lanjut dari dokter yang merawatnya. Sang anaknya baru kembali menjalani kontrol usai pulang dari rumah sakit pada Kamis besok di RS Hermina Kota Malang.
Selain hilang ingatan, Cahayu juga mengalami rasa sakit di tangan kanannya. Bahkan hingga kini tangan kanannya tak bisa untuk sekedar diangkat dan digerakkan. "Nggak bilang, katanya baik-baik saja, tapi yang tangan kanan nggak bisa digerakkan. Saya terapikan bisa gerak sedikit, tapi belum bisa apa-apa sampai saat ini. Jalan juga susah, kemarin juga hampir jatuh mau jalan di rumah itu," terangnya.
Di sisi lain Cahayu Nur Dewata mengakui tak mengingat apapun mengenai pertandingan itu. Bahkan ia tak mengingat siapa pemenang laga Derby Jawa Timur itu. Dirinya hanya mengingat lontaran gas air mata yang mengarah ke tribun.
"Terakhir ingat lihat gas air mata, (pertandingan yang menang), nggak ingat Cuma ingat teman yang meninggal, berangkat lima orang, yang meninggal satu," kata Cahayu.
Editor : Arif Ardliyanto