SURABAYA, iNews.id - Saat ini sudah banyak bisnis yang menerapkan digital marketing melalui media sosial. Namun tidak terlalu banyak bisnis yang menggunakan sistem email marketing.
Padahal jika dilihat sesuai data, email masih menjadi channel dengan pengguna tertinggi dan merupakan saluran komunikasi yang aktif. Bahkan jumlah pengguna email pun terus meningkat hingga diprediksi akan mencapai 4,3 miliar di tahun 2023.
Oleh karena itu email merupakan saluran komunikasi yang penting untuk bisnis. Menurut Dimas Gandhi Purba Diwantara, Digital Marketing Specialist Niagahoster, email memiliki beberapa keunggulan jika digunakan sebagai sarana marketing.
Antara lain adalah email bisa dikirim langsung secara personal, waktu pengiriman bisa disesuaikan, konten email juga bisa dipersonalisasi sesuai aktivitas penerima, serta interaksi penerima email juga bisa ditracking secara individu.
“Rata-rata open rate email berbagai industri adalah 17%. Sedangkan media sosial seperti Instagram, read rate hanya sekitar 2%,” ungkap Dimas.
Untuk menerapkan email marketing, tentunya lebih baik jika menggunakan email profesional yang terhubung dengan nama domain perusahaan dan bukan dengan menggunakan alamat email gratis.
Selain untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan, email profesional juga lebih terjamin privasinya dan bebas iklan. Selain itu juga lebih mudah dikelola dan mengurangi risiko ditandai sebagai email spam.
Faktor Penyebab Email Marketing Masuk ke Kotak Spam
Masalah yang paling sering dihadapi ketika melakukan email marketing adalah email yang dikirim tidak masuk ke kotak inbox penerima, melainkan masuk ke kotak spam. Hal tersebut memang rawan terjadi dan ada banyak faktor yang menyebabkan.
“Ada 3 faktor utama yang membuat email masuk ke kotak spam. Yang pertama adalah email dilaporkan sebagai spam oleh penerima. Alasannya beragam. Bisa karena mereka merasa tidak subscribe email tersebut, merasa emailnya tidak relevan, kemudian terlalu sering mengirim email atau terlalu banyak promo sehingga dirasa mengganggu, dan alamat email yang digunakan mencurigakan,” jelas Dimas.
Editor : Ali Masduki