3. Mengikutsertakan Anak pada kegiatan sensorik dan motorik
Cara ketiga yang dapat dilakukan dalam mendampingi anak mengontrol emosinya adalah mengikursertakan anak dalam kegiatan stimulasi sensorik dan motorik, seperti kegiatan Cikal Pop Up Class.
Putri menyebutkan bahwa keikutsertaan di kegiatan sensori dan motorik ini dapat meningkatkan kemampuan atau kesiapan interaksi anak agar dapat mampu menyesuaikan diri dan mengontrol emosi di ruang publik, sehingga anak tidak akan menunjukkan ekspresi berlebihan atau amarah meledak-ledak.
“Selain dua cara di atas, orang tua juga bisa mengajarkan anak untuk mengontrol emosi dengan menambah keikutsertaan anak di kegiatan stimulasi sensori dan motorik. Anak-anak yang kurang stimulasi sensori akan mengalami reaksi yang berlebihan/kurang peka terhadap situasi di sekitarnya. Mereka akan kesulitan menyesuaikan diri dan mengontrol emosi. Begitu pula anak-anak yang kurang stimulasi motorik, mereka akan kesulitan melakukan koordinasi diri,” ucapnya.
4. Tidak Menyepelekannya Perasaan Anak
Cara keempat yang disampaikan oleh Putri adalah menegaskan bahwa penting sekali bagi orang tua untuk tidak menyepelekan perasaan anak, karena membuat anak memahan emosinya akan membuat anak menahan amarahnya lebih dalam dan memicu ledakan emosi yang lebih besar di kemudian hari.
“Hal yang juga penting adalah jangan pernah menyepelekan perasaan anak. Situasi yang mungkin bagi kita sepele adalah masalah besar di mata mereka. Jangan pula meminta anak menahan emosi negatifnya, misalnya dengan berkata “jangan nangis” “jangan marah”. Menahan emosi tidak akan menghilangkan emosi tersebut. Justru bisa memicu kemungkinan ledakan emosi di kemudian hari," tutupnya
Editor : Ali Masduki