Heru menegaskan, dengan bongkar muat ratoon yang benar, petani bisa memperoleh beberapa keuntungan diantaranya memiliki potensi hasil panen yang lebih tinggi.
Sementara itu, teknik bongkar ratoon yang baik akan membantu meningkatkan hasil panen tebu hingga 20%.
Hal ini karena bongkar ratoon dapat membantu memperbarui sistem perakaran tebu dan meningkatkan penyerapan air dan nutrisi.
“Dengan teknik bongkar ratoon yang benar dan tepat dapat membantu meningkatkan ketahanan tebu terhadap hama dan penyakit dengan memotong siklus hidup hama dan penyakit,” jelasnya.
Dengan adanya keunggulan tersebut, maka petani bisa mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan petani.
Seperti diketahui, Jatim menjadi provinsi penghasil tebu terbesar di Indonesia pada tahun 2023, dengan volume produksi mencapai 1,12 juta ton. Angka ini setara dengan 49,34% dari total produksi tebu nasional.
Sementara itu, total produksi tebu di Jatim pada tahun 2022 adalah sebesar 1.194.035 ton. Jumlah itu lebih besar dari tahun 2021 adalah sebesar 1.090.299 ton.
Heru berharap agar pada tahun 2024 mendatang, produksi tebu di Jatim akan meningkat. “Semoga pada tahun 2024 mendatang hasilnya juga cukup bagus dan dapat membantu menambah produksi gula,” tegasnya.
Dijelaskan dia, petani tebu di Jatim juga mulai menerapkan teknologi budidaya yang lebih maju, agar hasil yang dicapai lebih maksimal. “Petani tebu di Jatim sudah mulai berkembang dengan teknologi pertanian. Mereka mulai banyak yang menerapkan teknologi budidaya yang lebih maju, seperti penggunaan varietas unggul, pupuk organik, dan irigasi efisien,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto