Tatang hanya berharap bahwa rekannya yang masih muda tersebut untuk tidak berbuat ceroboh. Sebab apabila berbuat kecerobohan bisa mengakibatkan nyawa keduanya melayang.
Dalam situasi kritis tersebut Tatang memang harus bertindak sebagai pengendali meskipun pangkat Ginting jauh lebih tinggi.
Penilaian Tatang ternyata tepat, esok harinya posisi ketinggian yang disarankan Ginting ternyata diperiksa oleh patrol musuh yang jumlahnya ratusan.
Tidak berapa lama kemudian pasukan Fretilin berkumpul di tempat ketinggian itu dan mereka sudah menyiapkan rencana untuk menyerbu pasukan TNI.
Jarak mereka hanya sekitar 50 meter dan apabila ditembak oleh para gerilyawan itu akibatnya sangat beresiko, posisi Tatang dan Ginting pasti akan ketahuan.
Tatang terkejut dengan pasukan musuh yang jumlahnya ratusan itu, akan tetapi tugas untuk menghambat musuh atau bahkan memukul mundur musuh harus tetap dilakukan.
Untuk memecah perhatian lawan lalu Tatang mengontak Kolonel Edi Sudrajat dengan radio agar pasukan TNI yang berpatroli menyerang pasukan Fretilin itu dari sisi timur. Tidak berapa lama tembakan gencar pun meletus dari arah timur kelompok pasukan Fretilin.
Di depan Tatang pasukan musuh juga sudah mulai pecah perhatiannya kemudian Tatang melakukan penilaian apakah tembakan senyap yang akan dilakukannya aman bagi dirinya maupun bagi pengawalnya.
Untuk menghindari malapetaka, Tatang yang sudah memasang peredam memerintah Ginting agar tidak melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat terdesak karena suara atau arah asal tembakan akan memberitahu posisi mereka berdua.
Setelah melakukan perhitungan yang cermat bahwa musuh sudah berada di jarak 300 meter maka Tatang pun mulai membidik dan satu per satu menjatuhkan musuh potensial khususnya yang memegang senjata otomatis.
Editor : Ali Masduki