Menjadi perdana menteri dan presiden
Pada Agustus 1999, Yeltsin menunjuk Putin sebagai perdana menteri Rusia, yang merupakan jabatan tertinggi kedua di Negeri Beruang Merah.
Lalu, tiba-tiba Yeltsin mengundurkan diri dan menunjut Putin sebagai penjabat presiden tepat di malam tahun baru 1999. Posisi itu kemudian memudahkan Putin memenangkan pemilihan presiden pada Maret 2000.
Banyak kalangan yakin Yeltsin mengangkat Putin untuk melindungi dirinya setelah popularitasnya menurun akibat perang melawan Chechnya yang ingin merdeka.
Dan benar saja, langkah pertama yang diambil Putin saat menjabat menjadi presdien adalah memaafkan Boris Yeltsin.
Tak hanya itu, Putin memberi Yeltsin imunitas dari semua jenis investigasi kriminal dan administratif termasuk melindungi semua dokumen, properti, dan hal milik Yeltsin dari pemeriksaan dan penyitaan.
Di masa jabatan pertamanya Putin fokus pada masalah dalam negeri. Ada dua hal yang menjadi prioritasnya yaitu perang di Chechnya dan menekan oligarki yang tumbuh subur di masa Yeltsin.
Putin memang menduduki kekuasaan di masa yang rumit. Rusia tengah berperang melawan Chechnya yang secara resmi merupakan negeri bawahan Rusia.
Selain itu, para pengusaha kaya di masa Yeltsin menunjukkan keinginan kuat untuk memperbesar pengaruh politik mereka.
Putin menyadari, jika dibiarkan para pengusaha kaya ini akan menjadi lebih berkuasa ketimbang seorang presiden maka dia memaksakan sebuah kesepakatan dengan mereka.
"Pada Juli 2000, Putin mengatakan kepada para pengusaha itu bahwa dia tak akan mencampuri bisnis mereka atau menasionalisasi sumber daya negara selama mereka berada di luar politik dan selama tidak menentang presiden," demikian menurut Dewan Hubungan Luar Negeri Rusia.
Putin memiliki strategi untuk tetap duduk di kuris Presiden Rusia selama ini. salah satu yang dilakukaan adalah mengembankan intelijen negara
Bisa menyelesaikan urusan dengan para pengusaha haus kekuasaan, fokus Putin berakhir ke Perang Chechnya II yang semakin mengukuhnya dirinya sebagai "sosok yang tak gentar beraksi".
Pada 2002, sebuah teater di Moskwa diduduki 40 militan Chechnya yang dipimpin Movsar Barayev. Tak ambil pusing, Putin memerintahkan pasukan khusus menyerang.
Alhasil, dalam krisis selama tiga hari itu sebanyak 129 dari 912 sandera tewas. Selain menewaskan ratusan sandera, pasukan khusus Rusia juga menewaskan Barayev tepat di hari ulang tahunnya yang ke-23.
Ini adalah masa krisis bagi Putin dan banyak yang menduga krisis sandera ini akan menghancurkan popularitas Putin.
Namun, ternyata ketegasannya dalam menghadapi penyandera meski memakan banyak korban justur melambungkan popularitasnya. Bahkan saat itu, tingkat penerimaan Putin oleh rakyat Rusia mencapai 83 persen.
Pada 2004, Putin terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya dan masih fokus untuk mengurusi masalah dalam negeri. Meski sukses merebut hati rakyat, Putin menuai kritik karena upayanya memberangus kebebasan pers.
Editor : Arif Ardliyanto