get app
inews
Aa Read Next : Untag Surabaya Jadi Tuan Rumah PHENMA 2023, Profesor Taiwan Sanjung Keramahan Arek-Arek Surabaya

Keahlian Intelijen Kunci Sukses Putin Kuasa Rusia hingga Disegani Dunia

Minggu, 27 Februari 2022 | 07:24 WIB
header img
Putin memiliki strategi untuk tetap duduk di kuris Presiden Rusia selama ini. salah satu yang dilakukaan adalah mengembankan intelijen negara

Anna Politskovskaya, seorang jurnalis, ditemukan dibunuh di lobi apartemennya pada 2006 tak lama setelah dia menulis dugaan korupsi di tubuh AD Rusia dan di saat yang sama Anna menyampaikan dukungan untuk Chechnya.

Anna tewas tepat di hari ulang tahun Putin, tetapi sang presiden membantah keterkaitannya dalam kematian jurnalis itu.

Putin bahkan berkata, kematian Anna justru menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang tulisannya di surat kabar. Meski demikian, negara-negara Barat tetap mengkritik Putin yang dianggap gagal melindungi kebebasan pers di Rusia.

Beberapa pekan setelah kematian Anna Politkovskaya, seorang pembelot FSB ditemukan tewas diracun di London.

Hebatnya, semua dengan semua skandal yang membuatnya dihujani kritik di luar negeri tak menggoyahkan kepercayaan rakyat Rusia kepadanya.

Selama dua masa jabatannya, GDP Rusia meningkat 70 persen dan investasi bertumbuh 125 persen. Saat itu Putin juga diuntungkan dengan tingginya harga minyak bumi yang merupakan salah satu andalan Rusia.

Menjadi perdana menteri

Pada 2008, karena sudah dua kali berturut-turut menjadi presiden Putin harus "libur" dulu dari tampuk kekuasaannya.

Saat itu, Dmitry Medvedev yang memenangkan pemilihan presiden. Sehari setelah dilantik, Medvedev menunjuk Putin sebagai perdana menteri. Lalu, datanglah krisis finansial global yang menghantam perekonomian Rusia

Ekonomi Rusia amat terdampak karena amat bergantung pada investasi asing, terutama dari negara-negara Barat.

Krisis ini juga menunjukkan betapa tergantungnya perekonomian Rusia dari minyak dan gas serta begitu berpengaruhnya politik terhadap masalah industri Rusia.

Di tahun yang sama, Rusia terlibat perang lima hari melawan Georgia terkait masalah Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Kedua daerah itu sejak 1990-an mencoba memerdekakan diri dari Georgia dan upaya keduanya mendapat dukungan dari Rusia, sebuah langkah yang dikecam Barat.

Kini, Ossetia Selatan masih dianggap sebagai wilayah Georgia sementara Abkhazia disebut sebagai daerah yang memisahkan diri.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut