Kegiatan diawali dengan pengenalan singkat C2O Library & Collabtive, sebuah ruang publik yang menawarkan berbagai buku dari sastra hingga sejarah. Setelah itu, audiens diajak menonton Wedok sebelum masuk ke sesi presentasi dan diskusi.
“Diskusi ini sangat interaktif. Audiens tidak hanya menyampaikan pendapatnya dengan kritis tetapi juga menggali lebih dalam isu-isu yang diangkat film,” ujar Ade Kusuma.
Banyak peserta memberikan apresiasi terhadap acara ini. “Sesi diskusi ini sangat membuka wawasan saya. Meski begitu, mungkin ke depan topik pembahasan bisa lebih variatif lagi,” komentar Ajeng, salah satu peserta.
Najib, peserta lainnya, menambahkan, “Diskusinya seru dan sangat informatif. Saya juga baru tahu ada tempat sekeren C2O Library di Surabaya.” lanjutnya.
Dengan semangat untuk memberantas stigma patriarki dan kekerasan terhadap perempuan, panitia berharap acara ini memberikan ilmu dan perspektif baru bagi audiens.
“Kami ingin masyarakat semakin sadar bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran HAM, dan patriarki adalah isu yang harus kita lawan bersama,” tutup Talitha.
Kegiatan seperti ini menjadi bukti bahwa diskusi dan seni, seperti film, dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun kesadaran dan membawa perubahan.
Editor : Arif Ardliyanto