Ikan Sungai Brantas Terancam Punah Akibat Polusi, Aktivis Protes dengan Aksi Unik
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2025/02/10/1e597_aksi-kopipa.jpg)
Prigi Arisandi, peneliti ikan Sungai Brantas, mengungkapkan temuan mengkhawatirkan. “Kami menemukan ketidakseimbangan rasio jenis kelamin ikan, dengan 32% jantan dan 68% betina. Ini mengindikasikan gangguan hormon akibat paparan limbah industri yang mengandung bahan kimia EDC (Endocrine Disrupting Chemicals). Jika dibiarkan, populasi ikan akan terus menurun dan mengancam ekosistem sungai,” jelasnya.
Kurnia Rahmawati, peneliti ikan dan kebudayaan, menegaskan bahwa kepunahan ikan lokal juga berdampak pada hilangnya identitas daerah.
“Sungai mencerminkan identitas ekologi daerah melalui keberagaman ikan lokalnya. Misalnya, di Kediri ada Kecamatan Papar, namun ikan papar atau belida hampir tidak pernah ditemukan lagi di Sungai Brantas. Ini sangat disayangkan karena daerah kehilangan jati dirinya,” ujarnya.
Indonesia, sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah China, justru menempati peringkat kedua dalam kepunahan ikan air tawar setelah Filipina. Dari 4.782 spesies ikan asli di Indonesia, 1.248 di antaranya adalah ikan air tawar. Namun, 150 spesies terancam punah, dan 13 spesies ikan invasif mengancam keseimbangan ekosistem.
Pencemaran Sungai Brantas tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga kehidupan 17 juta warga yang bergantung pada sungai ini.
Zulfikar, anggota KOPIPA, menyatakan bahwa polusi di Sungai Brantas berpengaruh langsung pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
"Jika dibiarkan, bukan hanya ikan yang punah, tetapi ribuan nelayan dan petani juga kehilangan mata pencaharian,” kata dia.
Data Ecoton menunjukkan, di hilir Sungai Brantas hanya tersisa 7 jenis ikan lokal, turun drastis dari 20 jenis satu dekade lalu. Hal ini mempertegas urgensi penanganan pencemaran sungai.
Dalam aksinya, KOPIPA mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret, antara lain memperketat regulasi pengelolaan limbah industri dan menerapkan sanksi tegas bagi pelaku pencemaran, memasang CCTV dan alat pemantau kualitas air yang dapat diakses secara real-time di setiap outlet pembuangan limbah industri.
Kemudian membentuk satuan tugas (satgas) untuk memantau dan mengawasi pembuangan limbah cair di Jawa Timur, dan menyusun program pemulihan sungai sebagai bagian dari restorasi habitat ikan lokal.
Editor : Ali Masduki