SURABAYA, iNews.id - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merintis Drafta Indonesia, startup yang bergerak dalam sektor ketenagakerjaan dan pengembangan diri.
Drafta Indonesia tersebut sebagai upaya untuk mengatasi proses seleksi kompetensi dan kemampuan mahasiswa dalam proses rekrutmen kerap jadi persoalan rumit bagi sebuah perusahaan.
Di sisi lain, tak jarang mahasiswa gagal menggambarkan potensi diri terbaiknya ketika melamar pekerjaan.
Chief Executive Officer (CEO) Drafta Indonesia, Syifa Alina Amri mengungkapkan, gagasan awal mendirikan startup bertajuk A Student-Centric Digital Ecosystem ini muncul ketika mengamati bagaimana mahasiswa membuat profil diri mereka dalam platform Linkedin.
“Ada mahasiswa yang memiliki segudang pengalaman, namun profiling mereka tidak terurus sehingga potensinya tidak ter-capture dengan baik,” tuturnya.
Mahasiswi asal Departemen Sistem Informasi ini juga mengaku bahwa ia terkadang juga masih merasa bimbang soal bagaimana seharusnya menggambarkan diri. Ditambah lagi adanya kontra dalam jenjang karir mahasiswa.
“Terdapat mahasiswa tahun pertama yang sudah dapat magang sana-sini, namun ada juga yang sudah memiliki sederet pengalaman tapi masih struggling mencari tempat magang,” ungkapnya.
Resmi diluncurkan pada Agustus 2021, tim Drafta Indonesia memiliki lima orang pendiri. Selain Syifa Alina Amri sebagai CEO, ada juga M Akmal Rishwanda sebagai Chief Research & Development Officer (CRDO), Hanif Mitsal Mahatta sebagai Chief Product Officer (CPO), Faiza Hifzuddin Kurniawan sebagai Chief Business Officer (CBO), dan Valerina Roosgenia sebagai Chief Commercial Officer (CCO).
Tim yang merupakan kolaborasi dari Departemen Sistem Informasi, Departemen Teknik Informatika, Departemen Teknik Mesin, dan Departemen Teknik Fisika ITS ini kemudian melakukan validasi kepada pasar yang lebih luas. Caranya adalah dengan mengikutkan ide bisnis ini ke dalam berbagai perlombaan.
Contohnya adalah Pitching Competition yang diadakan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (HIPMI PT) Surabaya yang menjadikan Drafta Indonesia juara III sekaligus mendapat pendanaan hibah.
Rancangan teknologi talent-matching Drafta Indonesia, startup dari mahasiswa ITS
Tak hanya itu, Drafta Indonesia juga berhasil menjadi Top 30 Startups dalam ESGNOW Asia Indonesia Startup Champs 2021, serta mendapatkan berbagai pendanaan termasuk dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Dari masukan para juri serta praktisi usaha yang mereka temui di berbagai perlombaan itu pula, Syifa dan timnya mendapat fakta bahwa kenyataannya perusahaan memang kerap merasakan permasalahan dalam proses perekrutan.
“Bagi perusahaan, merekrut mahasiswa untuk tenaga magang seperti membeli kucing dalam karung,” ujar mahasiswi angkatan 2020 tersebut.
Karenanya, Drafta Indonesia hadir menggandeng kedua sisi dengan menjadi ekosistem digital bagi mahasiswa, sekaligus menjadi platform perekrutan cerdas bagi perusahaan.
Memegang prinsip passion, action, data match, teknologi Drafta Indonesia akan memungkinkan pengolahan data mahasiswa menjadi talent matching perusahaan.
Tak hanya itu, mahasiswa juga dapat berkolaborasi satu sama lain sekaligus mengembangkan keterampilannya. Melalui produk mereka yang berupa platform manajemen proyek bagi mahasiswa, Drafta Indonesia akan mencatat rekap kegiatan mahasiswa lalu mencocokkan kemampuan serta pengalaman mahasiswa dengan posisi pekerjaan yang dibutuhkan perusahaan.
Startup yang juga menjadi 20 finalis teratas dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Gemastik) XIV ini sedang berada di fase prototyping sekaligus melakukan riset untuk mengaktifkan pasar mereka.
Adapun layanan yang sudah mereka hadirkan ialah Drafta CView, di mana mahasiswa diberi ruang untuk berkonsultasi mengenai karir bersama praktisi ahli dari berbagai perusahaan ternama.
Syifa mengaku, untuk saat ini timnya sedang menjawab tantangan untuk merealisasikan teknologi sekaligus dataset lengkap guna mewujudkan sistem rekomendasi cerdas yang ada dalam visi mereka.
“Karenanya, kali ini kita take a step back, apa yang bisa kita lakukan? Jadi kita bikin CView untuk mendukung mahasiswa agar lebih siap terjun ke dunia kerja,” akunya.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, gadis asal Jakarta ini merancang strategi bersama timnya untuk menimba ilmu sebanyak mungkin, termasuk dengan merangkul alumni serta para ahli di bidangnya.
“Kita coba ambil ilmunya, setelah itu pastinya ilmu tersebut akan kita manfaatkan guna merealisasikan impian dan visi Drafta Indonesia,” pungkas Syifa.
Ketika ditanya tentang harapan ke depannya, pecinta kopi ini secara mantab berharap agar dapat merealisasikan visi yang telah timnya tulis serta mimpikan. Yakni untuk membuat ekosistem mahasiswa guna menunjang karir mereka, serta menekan angka pengangguran sarjana. “Dan pastinya juga untuk memberi kontribusi nyata kepada sektor ketenagakerjaan Indonesia,” tandasnya penuh harap.
Editor : Ali Masduki