Sementara itu, alat bantu pemasangan implan memiliki ketelitian yang spesifik terhadap bentuk implan, sehingga perubahan desain masih belum dapat dilakukan karena mempertimbangkan ketersediaan mesin pemasang.
Fahmi secara rinci menyebutkan tahapan riset yang dimulai dari proses pendesainan implan. Dalam hal ini, data tulang pinggul diperoleh dari hasil magnetic resonance imaging (MRI) RSUD dr Soetomo.
“Ke depannya, kami juga berharap untuk dapat mengembangkan alat pemasangan implan sendiri yang dirancang secara khusus, tetapi untuk sementara ini kami menciptakan implannya saja,” ujar Fahmi.
Setelah melakukan perancangan, desain implan tulang yang sudah jadi lantas dicetak melalui 3D printing untuk tahap uji coba. Pengujian sampel produk dilakukan pada tulang sintetis berbahan polimer.
Fahmi berkata bahwa ia menyerahkan proses ini pada Departemen Ortopedi RSUD dr Soetomo yang diwakili oleh Prof Dr dr Dwikora Novembri Utomo SpOt(K) dan dr Kukuh Dwiputra Hernugrahanto SpOt(K).
Hasil pengujian desain implan berada dalam peninjauan dokter spesialis ortopedi, Associate Professor di Departemen Teknik Mesin ITS tersebut menjelaskan bahwa perlu dilakukan iterasi dan percobaan beberapa kali sampai desain disetujui.
“Setelah dicoba pada tulang sintetis dan kadaver, kami menarget uji praklinik pada domba di tahun 2023 dan uji klinik di tahun 2024,” ungkapnya.
Adapun kendala utama yang Fahmi hadapi adalah menyesuaikan waktu riset dengan kesibukan dokter ortopedi di RSUD dr Soetomo yang memiliki jadwal operasi padat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait