Cerita Ibu Siti, Lepas dari Jerat Rentenir hingga Raih Mimpi bersama KUR BRI

Ihya Ulumuddin
Ibu Siti saat berjualan untuk bisa lepas dari Jerat Rentenir dan berhasil meraih Mimpi bersama KUR BRI. Foto iNewsSurabaya/Ihya ulumuddin

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Jerat utang rentenir membuat ekonomi keluarga Suyitno (45) dan Siti Rochma (Ibu Siti/46) berantakan. Namun, berkat suntikan KUR BRI, suami istri penjual jajanan kaki lima asal Ngagel, Surabaya itu mampu bangkit dan lepas dari lintah darat yang membebani.

Tahun 2010 menjadi masa sulit bagi keluarga Ibu Siti. Kebutuhan rumah tangga yang besar membuat pengeluaran membengkak. Sementara hasil penjualan jajanan sepi, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi.

Situasi itu memaksa Ibu Siti mengambil jalan pintas. Dia meminjam uang ke bank thitil (rentenir) untuk mencukupi kebutuhan rumah dan biaya anak sekolah.

Bukannya menolong, pinjaman rentenir itu justru membuat beban keuangannya bertambah. Bunga yang besar membuatnya sulit membayar angsuran. Imbasnya, bunga terus berlipat dan semakin sulit untuk menutupnya.

"Tiap minggu dikejar-kejar juru tagih. Kami sampai malu dengan tetangga," katanya kepada iNews.id, Rabu (27/3/2024).

Dia mencontohkan, untuk pinjaman Rp1 juta, dia harus membayar hingga Rp1,4 juta. Padahal, uang yang diterima tidak utuh karena harus dipotong untuk biaya administrasi.

Hampir satu tahun Ibu Siti hidup di bawah bayang-bayang lintah darat, hingga akhirnya dia mendapatkan rezeki untuk menutupi semua tunggakan utangnya. "Setelah itu saya kapok. Tidak mau berhubungan dengan rentenir lagi," katanya.

13 Tahun Jadi Nasabah KUR BRI  

Beruntung, seorang teman memberikan informasi tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Pinjaman lunak dari bank pelat merah inilah yang berikutnya mengiringi perjalanan usahanya.

Diawali dengan pinjaman Rp15 juta di tahun 2011, Siti mulai mengembangkan usahanya dengan memperbanyak jumlah dagangan. Siti yang semula hanya menjual jajanan ringan kini bertambah menjual makanan dan minuman. Persis seperti warung, kendati tidak menempati lokasi permanen.

Pelan namun pasti, usaha makanan dan minuman itu terus berkembang hingga dia berhasil membeli mobil Zebra bekas keluaran tahun 1990. "Saya nekat beli karena waktu itu suami ada tawaran dari SMPN 12 untuk menjadi sopir antar jemput siswa," katanya.

Sejak saat itu, ekonomi rumah tangganya mulai tertata. Bahkan, tiga tahun berselang dia juga bisa menyewa tempat untuk warung permanen, tak jauh dari tempat tinggalnya.

Tak hanya itu, pada 2015 suaminya, Suyitno juga berhasil mengganti mobil antar jemput dari mobil Zebra tahun 1990 menjadi Daihatsu Gran Max. Lagi-lagi dia memanfaatkan KUR BRI untuk tambahan modal.

Siti mengaku lebih dari lima kali mengajukan kredit KUR BRI. Bahkan, hingga tahun 2024 ini Siti juga masih tercatat sebagai nasabah KUR BRI. Genap 13 tahun sejak pertama mengajukan kredit tahun 2011 silam.

"Kami pilih KUR BRI karena bunganya ringan. Selain itu prosesnya juga cepat. Asal punya usaha, pinjaman pasti cair," imbuh Suyitno yang saat itu mendampingi istrinya.

Bangga Anak Bisa Kuliah

Suyitno menyadari masih banyak mimpi yang belum berhasil diraih, termasuk memiliki rumah dan warung sendiri tanpa sewa. Namun, baginya bisa menyekolahkan ketiga anaknya ke jenjang lebih tinggi merupakan berkah tersendiri.

Anak pertamanya, Raihan, misalnya, kini sudah menjalani proses skripsi di perguruan tinggi negeri. Anak keduanya, Hanna, baru saja lulus SMA di pesantren dan akan melanjutkan kuliah. Sedangkan si bungsu, Risma sudah berada di tingkat kedua SMK Negeri di Surabaya.

"Kalau teringat masa lalu, rasanya tak percaya anak-anak bisa sekolah. Ini rezeki luar biasa," katanya.

Maklum, Suyitno sendiri gagal lulus kuliah. Dia terpaksa berhenti dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di smester II karena tidak punya biaya. Sementara Siti Rochma hanya lulusan Madrasah Tsanawiyah.

Pengalaman buruk itulah yang tidak ingin terjadi pada ketiga anaknya. Karena itu, sesulit apa pun, dia akan terus berjuang untuk membantunya.

Dia ingin ketiga anaknya bisa menggapai mimpinya, meraih masa depan yang diinginkan. "Bismillah wae mas. Yakin Allah memberi jalan," katanya.

Suyitno dan istri merupakan satu di antara jutaan masyarakat dan UMKM di Indonesia yang mendapat manfaat dari program KUR BRI. Program pinjaman lunak itu merupakan wujud BRI untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Harapannya, UMKM terus berkembang, naik kelas hingga akhirnya sejahtera.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam keterangan resminya, mengatakan, BRI menjadi bank dengan penyaluran KUR UMKM terbesar di Indonesia. Hingga triwulan ketiga 2023 misalnya, jumlah debitur KUR baru mencapai 1,44 juta.

Jumlah tersebut melampaui target pemerintah, yakni 1,36 juta debitur KUR baru di tahun 2023.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network