Eri juga menjelaskan bahwa produksi sampah di Surabaya meningkat dari 1.300 ton menjadi 1.600 ton per hari seiring pertambahan penduduk dari 2,8 juta menjadi 3,2 juta. Namun, upaya seperti program Reuse, Reduce, Recycle, Replace (4R) dan keberadaan bank sampah di tingkat RW membantu mengendalikan volume sampah.
TPA Benowo menggunakan dua teknologi utama:
1. Fermentasi Gas untuk sampah organik, menghasilkan energi melalui pembangkit listrik tenaga gas landfill.
2. Termokimia untuk sampah non-organik, mengolahnya menjadi energi dengan teknologi gasifikasi.
Dengan inovasi ini, Surabaya tidak hanya menangani masalah sampah, tetapi juga menjadi pelopor solusi energi berkelanjutan di Indonesia. "Kami menargetkan pengurangan sampah dari 1.600 ton menjadi 1.400 ton per hari melalui pengelolaan yang terintegrasi," pungkas Eri.
Langkah Surabaya ini diharapkan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam menciptakan kota yang bersih, sehat, dan ramah lingkungan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait